Little Parents (Chapter 3)

Chapter 3 | Jarak

Keesokan harinya. Bima terbangun dari tidurnya sekitar pukul 04.30 pagi. Ia bermimpi Aline menghampirinya dan mengatakan bahwa dirinya hamil.

“Syukurlah hanya mimpi. Aline nggak mungkin hamil. Aline nggak boleh hamil sekarang. Gimana nih? Aku harus coba hubungi dia.”

Bima meraih ponselnya dan segera menghubungi gadis itu. Sayangnya gadis itu tidak mengangkat telepon tersebut. Bima yakin bahwa Aline sengaja tidak mengangkat telepon darinya dikarenakan masih emosi dengan kejadian kemarin. Bima pun beranjak dari tempat tidurnya untuk bersiap ke sekolah. Setelah selesai, Bima langsung bergabung di meja makan.

“Pagi, Pak, Bu.”

“Pagi, Bim. Bagaimana kondisimu pagi ini? Kamu nggak demam ‘kan gara-gara kehujanan kemarin?”

“Nggak, Pak. Bima baik-baik saja.”

“Syukurlah. Oh, iya, Bim, dari kemarin Bapak perhatikan sepertinya kamu ada masalah ya? Ada masalah apa? Cerita dong sama Bapak dan Ibu.”

“Nggak, Pak. Bima nggak ada masalah apapun. Hanya kepikiran tugas Bima akhir-akhir ini banyak banget.”

“Benarkah? Kamu sedang tidak berbohong?”

“Iya, Bim. Cerita dong kalau kamu ada masalah. Siapa tahu kami bisa bantu. Mungkin ada masalah sama pacarmu ya? Kalian bertengkar? Masalah apa?”

“Hmm… iya, tapi hanya masalah kecil kok. Bapak dan Ibu nggak perlu khawatir.”

“Oh, gitu. Cepat kamu selesaikan masalah kalian. Jangan sampai sekolahmu terganggu gara-gara percintaan, Bim. Ingat beasiswamu.”

“Iya, Pak. Bima akan segera bereskan masalah ini.”

“Ya sudah, sekarang kamu sarapan. Nanti telat ke sekolahnya.”

“Iya, Pak. Bima makan sekarang.”

Sementara itu di sisi lain, Aline masih berada di kamarnya. Ia masih ragu apakah ia akan pergi sekolah atau beristirahat saja di rumah untuk hari ini. Beberapa saat kemudian. Bima mengirimi gadis itu pesan.

Bima

Lin, kamu baik-baik saja ‘kan? Please, kamu jangan kayak gini. Bersikaplah seperti biasanya. Aku takut Tante Karina curiga kalau kamu seperti ini. Hari ini kamu sekolah ‘kan? 05:56

Read 05:57 Jangan ganggu aku dulu, Bim. Aku butuh waktu. Mungkin hari ini aku nggak sekolah dulu. Mau menenangkan pikiranku yang kacau gara-gara kejadian kemarin.

Tapi kamu baik-baik saja ‘kan? Aku khawatir.😔 Nanti pulang sekolah aku ke rumah kamu ya? 05:58

Read 05:59 Jangan!!! Kalau kamu sampai ke sini, aku nggak akan maafin kamu. 😡

“Aline, sayang. Kamu sudah bangun belum? Kamu sekolah ‘kan hari ini?” panggil Karina dari depan pintu kamar.

“Aline sudah bangun, Ma. Kayaknya hari ini Aline nggak sekolah dulu deh. Aline kurang enak badan.”

“Kamu sakit? Mau Mama bawa ke dokter? Mama masuk ya?”

“Nggak perlu. Aline hanya butuh istirahat saja. Mama siap-siap saja ke kantor. Biar Aline sendiri di rumah.”

“Kamu yakin nggak apa-apa?”

“Yakin, Ma. Kondisi Aline juga hanya sedikit kurang enak badan. Jadi Aline pasti nggak apa-apa sendirian di rumah.”

“Ya sudah, Mama sarapan dulu ya? Kalau kamu mau sarapan, sudah Mama siapkan di meja makan.”

“Oke, Ma.”

Aline bernapas lega karena Karina tidak jadi masuk ke kamar Aline yang masih dalam kondisi berantakan. Terutama di bagian ranjang. Masih ada beberapa keluaran Bima yang belum sempat dibersihkan.

“Apa yang kemarin aku pikirkan? Kenapa aku harus mengizinkan Bima melihat semuanya. Seharusnya kularang agar kejadian ini tidak terjadi. Lin, kenapa kamu bertindak bodoh seperti ini? Waktu itu juga seharusnya kamu nggak perlu minta tolong Bima ambil BH yang ketinggalan. Bima pasti terangsang gara-gara itu. Sekarang aku harus bersihkan kamar ini.”

Setelah kamarnya selesai dibersihkan, Aline beranjak ke ruang makan untuk sarapan. Aline membuka tudung saji tersebut.

“Hmm… kenapa sarapan paginya harus sosis goreng sih? Jadi nggak nafsu makan. Apa aku pesan online saja ya? Sosis ini biar aku kasih ke kucing jalanan.”

Aline memindahkan sosis goreng tersebut ke wadah lain untuk diberikan ke kucing jalanan yang sering lewat rumahnya. Aline beranjak keluar dan menghampiri kucing yang kebetulan sedang lewat.

“Ini sosis goreng buat kamu. Aku sedang nggak selera memakannya gara-gara Bima. Habiskan ya? Sayang kalau nggak habis, harganya lumayan mahal. Aku permisi.”

Aline kembali masuk ke rumahnya, meraih ponselnya dan segera membuka aplikasi WE-APP  untuk memesan makanan online. Aline memesan seporsi soto ayam langganannya. Sekitar 40 menit menunggu, pesanan tersebut diantarkan.

“Akhirnya datang juga. Selamat makan!”

Aline mulai menyantap soto ayam tersebut dengan nasi. Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 14.15. Bel pulang sekolah untuk kelas Bima baru saja berbunyi. Seluruh murid kelas Bima mulai meninggalkan ruangan kelas dengan gembira, kecuali Bima masih terduduk diam di kelas.

“Bim, lo nggak pulang?” tanya Reyhan yang tiba-tiba masuk menghampiri Bima. Bima sama sekali tidak merespon, tatapannya kosong.

“Bim! Lo kenapa?” tanya Reyhan sekali lagi.

“Aku baik-baik saja.”

“Jangan bohong, lo kenapa? Oh, gue tahu. Pasti lo galau ya gara-gara Aline nggak sekolah. Dia kenapa nggak sekolah? Dia sakit? Sakit apa?”

“Hmm… mungkin sakit. Dia belum ngabarin aku.”

“Oh, ya? Ya sudah, lo samperin aja rumahnya. Takutnya dia kenapa-kenapa. Mau gue temenin?”

“Nggak perlu, Rey. Aku bisa sendiri.”

“Ya sudah, gue sama yang lain pergi nongkrong-nongkrong ya di tempat biasa. Kalau ada waktu, lo bisa join.”

“Oke, deh. Aku jenguk Aline dulu, kalau ada waktu nanti aku ke sana.”

“Oke, bye !”

Reyhan pergi meninggalkan Bima sendirian. Bima segera meraih ponselnya mencoba menghubungi gadisnya itu.

“Maaf, nomor yang Anda tuju tidak menjawab. Silakan coba beberapa saat lagi.

“Ayo, dong, Lin! Angkat teleponnya! Jangan seperti ini. Kita selesaikan masalah ini bersama-sama. Apa aku ke rumahnya saja ya? Di telepon nggak diangkat, di-chat sekarang nggak dibales. Cewek kalau lagi marah ribet amat sih.”

Bima menghela napas panjang. Setelah itu, ia langsung beranjak meninggalkan kelas menuju parkiran. Ia menaiki sepedanya menuju kediaman Aline.

“Masuk, jangan, masuk, jangan? Ah, kalau dia makin marah gimana? Lebih baik aku pulang saja ah.”

Beberapa hari kemudian. Tepatnya tiga hari setelah kejadian itu terjadi. Aline memutuskan untuk mengajak bicara Bima di rumahnya.

“Akhirnya kamu mau bicara juga sama aku.”

“Bicaralah, apa yang mau kamu sampaikan.”

“Bagaimana kondisimu sekarang? Apa ada mual atau apa gitu?”

“Nggak ada. Aku merasa baik-baik saja.”

“Apa kamu sudah tes?”

“Belum, Bim. Aku takut sama hasilnya. Gimana kalau sampai positif?”

“Kamu nggak usah khawatir, apapun hasilnya aku akan tanggung jawab membereskan masalah ini.”

“Memangnya apa rencanamu? Kamu yakin bisa atasi ini semua?”

“Yakin, lebih baik kamu test dulu biar kita nggak nebak-nebak seperti ini. Aku sudah pesan via WE-APP. Bentar lagi datang.”

“Kamu serius? Kamu beli testpack-nya?

“Iya, Aline sayang. Untuk membuktikan kamu beneran hamil atau nggak.”

“Permisi, paket dari WE-SEND.”

“Itu dia sudah datang. Kamu tunggu sini saja. Biar aku yang ambil.”

Bima beranjak dari tempat duduknya untuk mengambil pesanannya.

To be continued... ©2023 WillsonEP

Comments

  1. Ditunggu lanjutannya ... penasaran bangett

    ReplyDelete
  2. Gak bisa update pagi thor??

    ReplyDelete
    Replies
    1. Little Parents update setiap Jumat pukul 19.00 WIB ya :)

      Delete
  3. Ini udah jumat kok blm ada ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai, updatenya setiap Jumat pukul 19.00 WIB ya :)

      Delete
  4. Udh Jumat tapi belum ada juga chapter barunya. Apa hari ini libur thor?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai, hari ini Little Parents tetap update ya... Malam ini pukul 19.00 WIB :)

      Delete

Post a Comment

Trending This Week 🔥🔥

Little Parents 2 (Chapter 1)