My Neighbor, My Lecturer (Chapter 1)

Chapter 1

Namaku Raisa Asmara, biasa dipanggil Raisa, usia 18 tahun, baru saja selesai bersiap untuk pergi ke kampus. Hari ini adalah hari pertamaku kuliah di Universitas Jaya Unggul, salah satu universitas ternama di Jakarta. Aku bersyukur bisa berkuliah di UJU karena berhasil mendapat beasiswa setelah menjalani proses seleksi yang cukup panjang. Selesai bersiap, aku pun berangkat dengan berjalan kaki menuju kampus. Jaraknya tidak jauh, hanya sekitar 50 meter Sai apartemen yang aku sewa bulanan.

Tak butuh waktu yang lama, aku tiba di kampus. Aku langsung bergegas mencari ruang kelas di mana kelas pagi ini akan diadakan.

“Hai, Sa,” ujar seorang perempuan bernama Gendis yang tiba-tiba muncul di hadapanku. Dia adalah teman kelompokku sewaktu masa orientasi.

“Hai juga, Dis.”

“Lo kelas apa pagi ini? Kelas Pak Dio bukan?”

“Hmm … Pengantar Akuntansi, Dis.”

“Dosennya siapa?”

“Gue nggak merhatiin nama dosennya.”

“Lah, coba liat di UJU Mobile. Lo gimana sih? ‘Kan lo tau ini kampus gede. Kalau nyasar gimana.”

“Iya, iya. Sebentar gue cek dulu,” ujarku sambil meraih ponsel di tas. Kubuka aplikasi yang dimaksud untuk melihat jadwal kelasku hari ini.

UJU Mobile

Jadwal Hari Ini

Pengantar Akuntasi 1 | Kelas : A |📍3101

Senin, 21 Agustus 2023  08.00 > 09.40

👨🏻‍🏫Dio Kurniadi, M.Ak

“Siapa, Sa?”

“Dosennya Pak Dio. Kelas A, ruangan 3101.”

“Sama dong. Bareng yuk!”

“Oke, ayo! Lantai tiga ya?”

“Iya, lantai tiga.”

Aku dan Gendis langsung menuju lift dan naik ke lantai tiga. Kami merasa lega karena tidak butuh waktu lama kami berhasil menemukan ruangan 3101. Tepat pukul 08.00 kelas Pengantar Akuntansi 1 dimulai.

“Selamat pagi, Mahasiswa-Mahasiswi sekalian.”

“Pagi, Pak.”

“Sebelum kita mulai kelas pagi ini, perkenalkan saya Dio Kurniadi, biasa dipanggil dengan Pak Dio atau Pak DK, singkatan Sai nama saya. Saya semester ini akan mengajar beberapa mata kuliah, seperti Pengantar Akuntansi 1, Pengantar Ekonomi, Pengantar Bisnis dan Manajemen. Sekarang saya akan jelaskan aturan main kelas saya.”

“…”

Setelah selesai menjelaskan aturan main kelasnya, Pak Dio langsung memulai pelajaran pertama Pengantar Akuntansi 1. Semangat belajarnya, Raisa! Tak terasa, waktu telah menunjukkan pukul 09.40. Kelas pagi ini baru saja dibubarkan oleh Pak Dio setelah beliau selesai menyampaikan materi.

“Akhirnya selesai juga. Lo ada kelas lagi nggak?” ujar Gendis setelah Pak Dio meninggalkan ruangan.

“Ada.”

“Apaan?”

“Pengantar ekonomi.”

“Dosennya?”

“Pak Dio.”

“Lagi? Kalau gue sih pengantar ekonomi besok sama Pak Cakra. Hari ini nggak ada kelas lagi gue.”

“Oh, gitu. Jadi lo langsung pulang?”

“Hmm … nggak. Gue mau ngopi cantik dulu di We Coffee. Gue kalau udah belajar akuntansi mumet, Sa.”

“Lah, kalau mumet kenapa ambil jurusan akuntansi?”

“Disuruh Mama gue. Udah dulu ya? Gue pamit.”

Okay, Dis. Bye.”

Bye, Sa. Semangat belajar lagi!”

“Iya, iya.”

Gadis beranjak pergi meninggalkan kelas.

“Gue boleh duduk di sini? Kursinya kosong?” tanya seorang pria yang tiba-tiba datang menghampiriku.

“Boleh, kosong kok.”

Pria itu langsung mengambil posisi duduk tepat di sampingku.

“Kenalin gue Benni.”

“Gue Raisa.”

“Salam kenal, Raisa. Ada kelas lagi?”

“Iya, ada. Kelas Pengantar Ekonomi.”

“Sama. Di kelas ini lagi ‘kan?”

“Iya, di sini lagi.”

Okay.”

-oOo-


Kelas Pengantar Ekonomi baru saja berakhir beberapa menit lalu. Aku beranjak meninggalkan ruang kelas bersama dengan Benni, pria yang tadi mengajak kenalan.

“Langsung pulang, Sa?”

“Iya, Ben. Gue langsung pulang.”

“Oh, rumah daerah mana? Mau bareng nggak?”

“Nggak perlu. Gue tinggal deket sini kok. Jalan bentar juga sampe.”

“Oh, gitu. Ya udah, gue duluan ya?”

Okay, Ben.”

Pria bernama Benni itu langsung beranjak pergi. Syukurlah Benni tidak menanyakan lebih lanjut soal tempat tinggalku. Kalau boleh jujur, aku enggan menjawab pertanyaan-pertanyaan personal Sai orang yang baru aku kenal. Tiba-tiba saja ponselku berbunyi. LINE. Kuraih ponsel, kubaca pesan yang baru saja masuk. Ternyata Gendis yang mengirimiku pesan.

Gendis

Udah beres kelas belum? 11:47

Read 11:48 Udah, Dis. Baru aja bubaran.

Nongkrong yuk? 11:48

Read 11:49 Hmm … lain kali aja ya, Dis. Uang gue terbatas soalnya. Sorry, banget.

Gue traktir deh. Gue ada di We Café. 11:50

Gendis sent a location. 11:50

Deket kampus banget, lo tinggal nyeberang. Gue tunggu. 11:51

Read 11:52 Ya udah. Gue ke sana. Tungguin.

Siap. 11:52

Aku menaruh ponselku di dalam tas. Aku langsung beranjak menuju lift untuk menghampiri Gendis yang berada di kafe seberang kampus.

“Akhirnya lo datang, Sa. Gimana rasanya kelas diajar sama dosen yang sama Sai pagi sampai siang?”

“Biasa aja sih. Menurut gue selama ngajarnya enak nggak jadi masalah.”

“Iya juga, tapi aku nggak yang terlalu serius.”

“Hmm … mungkin karena baru awal-awal. Nanti juga terbiasa.”

“Oh, iya lo mau makan apa? Sok atuh liat menunya dulu.”

“Gue nggak enak sama lo. Gue makan di apartemen aja.”

“Pesen aja, Sa. Nggak apa-apa kok.”

“Ya, udah. Gue pesen nasi goreng aja deh.”

“Nah, gitu dong. Mbak, pesen ya?”

“Silakan pesanannya.”

“Nasi goreng ayamnya dua porsi ya?”

“Baik, untuk minumannya?”

“Minumnya apa, Sa?”

“Es teh aja.”

“Oke. Minumnya es teh dua.”

“Baik, mungkin ada tambahan lain?”

Fries-nya boleh deh satu porsi.”

“Baik, mohon ditunggu ya.”

Setelah makan siang bersama Gendis, aku mengajaknya ke apartemen.

“Jadi lo tinggal di sini, Sa. Lumayan juga. Kalau boleh tau, berapaan sebulan?

“Iya, Dis. Gue dapet di harga Rp950.000,00 per bulannya.”

“Oh, lumayan dong.”

“Iya, lumayan. Makasih ya lo udah traktir dan anter gue pulang.”

“Sama-sama, Sa. Gue langsung pamit ya? Lo istirahat.”

“Oke, lo hati-hati di jalan.”

“Siap. Bye, Sa.”

Bye, Dis.”

Gendis beranjak pergi. Aku langsung mengunci pintu apartemenku agar aman karena aku belum mengenali lingkungan sekitar sini. Apakah apartemen ini aman? Apakah penghuninya baik-baik semua? Aku tidak tahu. Tiba-tiba saja ponselku berdering. Tertera “Ibu” melakukan panggilan video.

“Halo, Sa. Gimana kuliah hari pertamanya? Semua lancar ‘kan, Sayang?”

“Lancar, Bu. Ini baru aja sampe apartemen.”

“Syukurlah. Kamu udah makan belum?”

“Udah, Bu.”

“Makan sama apa?”

“Pagi tadi Raisa makan mie instan, Bu. Kalau tadi, Raisa makan nasi goreng ditraktir temen. Dia baik banget, Bu. Namanya Gendis.”

“Oh, gitu. Udah bilang terima kasih?”

“Udah, Bu.”

“Sekarang kamu istirahat ya? Jaga kesehatan. Makan mie instan jangan terlalu sering, nanti kamu sakit.”

“Iya, Bu. Ibu sama Ara sehat-sehat juga di sana. Ara belum pulang ya, Bu?”

“Belum, Sayang. Masih sekolah atuh jam segini. Kenapa kamu kangen sama adikmu?”

“Kangen banget. Pengen cerita-cerita.”

“Sama Ibu kangen nggak?”

“Kangen juga, Bu. Nanti libur kampus aku pulang ya, Bu.”

“Ibu juga kangen sama kamu, tapi kalau nggak bisa pulang juga nggak apa-apa, Sa. Lebih baik uangnya ditabung. Oh, iya uang kamu masih ada nggak? Mau Ibu transfer lagi?”

“Nggak perlu, Bu. Uang Raisa masih ada kok.”

“Beneran?”

“Iya, masih ada. Uangnya Ibu simpen aja ya?”

“Ya, udah. Udah kamu istirahat.”

“Iya.”

Setelah panggilan telepon terputus, aku langsung beranjak ke kamar mandi untuk mandi. Sekitar 10 menit aku berada di kamar mandi. Aku keluar kamar mandi menggunakan sport bra warna hitam serta celana pendek biru. Kuambil laptop yang semula berada di meja, kubawa laptop tersebut ke atas ranjang. Aku berniat mencari pekerjaan part time karena aku tidak yakin uang bulanan yang Ibu berikan cukup untuk hidup di kota besar seperti Jakarta.

To be continued … ©2024 WillsonEP Bagaimana chapter kali ini? Tulis di kolom komentar ya. Terima kasih udah mampir.☺️

Comments

Post a Comment

Trending This Week 🔥🔥

Little Parents 2 (Chapter 1)