My Neighbor, My Lecturer (Chapter 6)

Chapter 6 : Perhatian Pak Dosen

Hari ini Sabtu. Aku bangun sekitar pukul 06.00 pagi tadi. Saat ini, aku tengah berbaring di tempat tidur karena sedikit kurang enak badan. Saat sedang asyik berbaring, tiba-tiba terdengar suara ketukan dari pintu depan. Siapa yang datang ya? Apa Gendis? Aku perlahan beranjak dari tempat tidur, memakai hoodie terlebih dahulu, kemudian baru membuka pintu.

“Selamat pagi, Sa.”

“Pagi, Pak. Ada apa ya?”

“Saya ke sini mau ajak kamu sarapan bubur bareng. Apa kamu bersedia?”

“Hmm … sebelumnya terima kasih tawarannya, Pak, tapi saya lagi kurang enak badan. Saya butuh istirahat.”

“Kamu sakit?” tanya Pak Dio sambil berusaha mengecek suhu badanku dengan menempelkan tangannya ke dahiku. “Maaf, kalau saya lancang. Kamu demam, Sa. Apa yang kamu rasakan sekarang?”

“Kepala saya pusing, Pak. Badan lemes juga.”

“Kamu sudah sarapan?”

Aku menggeleng.

“Ya, sudah. Kamu tunggu di sini sebentar. Saya beli sarapan dan paracetamol dulu. Kamu harus tetap sarapan, Sa.”

Pak Dio langsung beranjak pergi. Sementara aku terdiam melihat kepergiannya.

“Pak Dio kok perhatian banget sih?”

Aku kembali masuk ke unitku, kuputuskan untuk menunggu Pak Dio di ruang makan. Sambil menunggu, kuputuskan untuk membuat teh manis. Mungkin dengan minum teh manis hangat kondisiku dapat membaik. Aku mulai menyeruput teh manis hangat yang telah kubuat. Selang beberapa saat. Aku mendengar suara ketukan pintu depan.

 “Siapa yang datang? Apa Pak Dio sudah kembali? Cepet amat.”

“Sa, ini saya Pak Dio. Kita makan di luar saja ya? Takutnya ada fitnah kalau kita makan di dalam,” ujar Pak Dio tak lama setelah suara ketukan pintu.

“Oke, Pak. Tunggu sebentar.”

Aku beranjak menyiapkan mangkok serta sendok, kemudian membawanya ke depan.

“Maaf, saya jadi merepotkan Bapak.”

“Nggak merepotkan kok, Sa. Sekarang kamu makan ya. Terus jangan lupa minum obat. Ini obatnya. Saya bukain ya bubur buat kamu.”

“Makasih, Pak.”

“Sama-sama.”

Kami mulai menyantap bubur yang dibawakan oleh Pak Dio. Selesai makan, aku langsung meminum obat paracetamol agar demamku turun.

“Pak, saya pamit ke dalam dulu ya. Mau istirahat.”

“Oke, Raisa. Semoga lekas sembuh.”

“Amin. Sekali lagi terima kasih buat bubur dan obatnya, Pak.”

“Sama-sama, Sa.”

Aku beranjak memasuki unitku sambil membawa mangkok kotor serta sendok yang tadi digunakan. Setelah menaruhnya di dapur, aku masuk ke kamar untuk istirahat. Semoga saja kondisiku segera membaik.

-oOo-

Siang hari sekitar pukul 12.00. Aku bangun setelah beberapa jam tertidur pulas karena pengaruh obat paracetamol. Kondisiku sekarang jauh lebih baik, badanku sudah tidak demam dan lebih segar dari tadi pagi. Kuraih ponselku untuk mengecek pesan yang masuk ketika aku tidur. Ada beberapa pesan masuk. Salah satunya dari ibuku.

Ibu

Pagi, Sa. Kamu udah bangun belum? 05:00

Udah sarapan belum? 08:00

12:06 Udah, Bu. Maaf, Raisa baru bales. Baru pegang HP. Hehehe.

Kebiasaan kamu. Sekarang lagi apa? 😃 12:06

12:07 Hmm … baru banget bangun. Tadi ketiduran.

Kamu baik-baik aja, Sa? Kamu nggak sakit ‘kan? 12:07

12:08 Tadi sempet nggak enak badan, Bu, tapi Ibu nggak usah khawatir.

12:08 Raisa udah baik-baik aja sekarang. Udah minum obat juga.

Syukurlah, Ibu lega dengernya. 12:09

Jaga kesehatan, Sa. Jangan terlalu capek kuliah dan kerjanya. Makan jangan lupa. 12:09

12:09 Iya, Ibuku sayang. Raisa janji akan selalu jaga kesehatan.

Kalau Raisa jaga kesehatan, kenapa atuh bisa sakit? 12:10

12:10 Hmm … wajar dong, Bu. Raisa juga manusia.😁

Bisa aja kamu! Sekarang istirahat lagi. Sabtu kuliah dan kerja libur ‘kan? 12:11

Kamu pakai istirahat. Jangan jalan-jalan. 12:11

12:11 Siap, Ibu. Udah dulu ya, Bu. Raisa mau kerjain tugas dulu.

Oke, Sa. 12:12

Setelah berbalas pesan dengan Ibu, kuputuskan untuk beralih ke laptop karena harus mengerjakan tugas pengantar akuntansi. Satu jam lamanya aku berkutat dengan tugas tersebut hingga selesai. Aku langsung mengunggah dokumen tugasku ke UJU Online — situs web yang menjadi penghubung antara dosen dan mahasiswa dengan berbagai fitur yang memudahkan. Salah satunya dalam mengirim tugas kepada dosen.

“Akhirnya selesai juga. Tinggal tunggu hasilnya.”

Tiba-tiba saja aku mendapatkan beberapa notifikasi dari UJU Online.

UJU Online Notificafion

Tugas Week-2 Pengantar Akuntansi 1 telah berhasil dikirimkan. Status : MENUNGGU DIPERIKSA DOSEN. 13:15

Tugas Week-2 Pengantar Akuntansi 1 dilihat oleh Dosen. 13:16

“Hmm … langsung dilihat? Apa langsung diperiksa ya?”

Tak lama, aku kembali mendapatkan notifikasi. Kali ini aku mendapatkan pesan dari Pak Dio di UJU Online.

Dio Kurniadi, M.Ak

Kamu sudah sembuh? 13:16

13:16 Sudah, Pak. Kondisi saya sudah mendingan.

Syukurlah. Saya sudah terima tugas kamu. 13:17

Apa kamu yakin mengumpulkan sekarang? Deadline-nya masih tiga hari lagi. 13:17

13:18 Saya yakin, Pak.

Ok, saya periksa langsung ya. 13:18

Hasil bisa dilihat hari Senin pukul 17.00. 13:18

13:19 Baik, Pak.

“Langsung diperiksa? Semoga hasilnya bagus. Amin.”

Kuputuskan untuk keluar dari situs web UJU Online, karena menunggu pun aku belum bisa melihat hasilnya hari ini. Beberapa saat kemudian. Aku mendapatkan notifikasi dari UJU Online Mobile App bahwa tugas tersebut telah selesai diperiksa oleh Pak Dio. Hasil akan diumumkan hari Senin pukul 17.00 WIB.

“Cepat juga meriksanya. Padahal baru 5 menit ditinggal sudah selesai diperiksa. Jadi penasaran sama hasilnya. Apa aku tanya langsung ke Pak Dio ya? Ah, sabar aja deh. Pasti Pak Dio lagi sibuk sekarang. Libur kok ngecek tugas mahasiswa sih? Libur gini mending me time. 

To be continued ... ©️ 2024 WillsonEP

Comments

Post a Comment

Trending This Week 🔥🔥

Little Parents 2 (Chapter 1)