Di Balik Kisah Cinta SMA (Chapter 10)
Chapter
10 | Restu
Haryaman dan Yunita beranjak keluar menghampiri tamu
yang datang baru disusul oleh Hana.
“Selamat pagi, Om, Tante. Maaf, mengganggu
waktunya. Om, Tante, apa kabar?”
“Pagi, Jeffry. Puji Tuhan kabar saya baik.”
“Kabar saya juga baik. Jeffry sendiri apa kabar?
Lama tidak ada kabar.”
“Kabar saya baik. Maaf, Tante, Om, Hana di mana?”
“Aku di sini, Jeffry.”
Jeffry tersenyum melihat Hana, gadis yang kini
sudah menjadi gadis dewasa berusia 26 tahun. Gadis itu terlihat lebih cantik
dan dewasa. Hana pun membalasnya dengan senyuman.
“Langsung saja ya, Om, Tante. Saya dan keluarga
sengaja dadakan ke sini untuk melamar putri kesayangan Om dan Tante sesuai
janji saya sembilan tahun lalu. Saya sudah bekerja keras selama sembilan tahun
untuk dapat membahagiakan Hana. Saya akan menjaga putri Om dan Tante dengan
baik.”
“Terima kasih, Jeff. Sebelumnya Om minta maaf atas
perlakuan Om dan Tante terhadap kamu sembilan tahun yang lalu. Kami hanya ingin
yang terbaik untuk Hana. Kami nggak mau Hana menderita karena kekurangan
finansial.”
“Iya, Jeffry. Maafin Tante ya!”
“Jeffry paham, Om dan Tante. Semua orang tua pasti
mau yang terbaik untuk anaknya. Jadi apakah lamaran saya diterima?”
“Kalau Om dan Tante sih gimana Hana saja deh.
Gimana, Sayang? Kamu terima Jeffry sebagai calon suamimu?”
Hana mengangguk sambil tersenyum.
“Hana terima, Pa. Hari ini adalah hari yang Hana
nantikan selama ini.”
Jeffry langsung memeluk gadis itu hangat.
“Terima kasih ya, Han. Kamu sudah tunggu aku. Aku
kangen kamu.”
“Ya sudah, sekarang waktunya kamu kasih Hana cincin
yang telah kamu siapkan.”
“Oh, iya Jeffry hampir lupa. Terima kasih sudah
mengingatkan, Pak.”
“Iya, Jeff. Kamu cepat kasih cincinnya. Pasti Hana
suka pilihan kamu.”
“Iya, Bu. Sabar.”
Jeffry segera merogoh sebuah kotak cincin berwarna
merah dari kantong setelan jasnya. Tak lama, ia membuka kotak tersebut sambil berjongkok
dan berkata, “Hana Haryawan Yunitasari, will you marry me ?”
“Yes, I will.”
Jeffry memakaikan cincin tersebut pada jari manis
Hana.
“Cie, cie, Kak Jeffry sekarang sudah peka dan
romantis banget sama Kak Hana,” goda Jason melihat tingkah kakaknya sekarang
yang sudah jauh berbeda. “Selamat Kak Jeffry dan Kak Hana!” lanjutnya.
“Terima kasih, Dek.”
“Terima kasih, Jason.”
“Ya sudah, sekarang kita langsung saja bahas tanggal
pernikahannya,” ujar Haryaman.
“Bapak setuju dengan Pak Haryaman. Kita bahas
sekarang saja ya! Oh, iya Pak kita belum kenalan secara langsung. Saya Devanno
dan ini istri saya Janice.”
“Salam kenal, Pak. Ayo, kita bahas sekarang!”
Rapat dua keluarga dimulai untuk membahas
pernikahan antara Jeffry dan Hana. Setelah berdiskusi cukup panjang, telah
ditetapkan bahwa acara pernikahan akan diadakan satu bulan mendatang. Acara
akan diselenggarakan di sebuah hotel bintang lima di kota tersebut. Selesai rapat,
mereka pun memutuskan untuk makan siang bersama dengan penuh kebahagiaan. Jeffry
dan Hana sangat bahagia bisa melihat keluarganya akrab seperti ini.
“Pak Haryaman, terima kasih atas jamuan makan
siangnya.”
“Sama-sama, Pak Devanno. Saya juga senang bisa
makan siang bersama calon besan. Oh, iya dengar dari Hana katanya kalian sudah
pindah rumah ya? Pindah ke mana, Pak?”
“Puji Tuhan, Pak. Sekarang kami tinggal di Puri
Indah Residences. Oh, iya saya dan keluarga mohon izin untuk pamit
karena masih ada keperluan lain. Bu, Jason, kita pulang sekarang ya! Jeffry,
kamu masih mau di sini?”
“Iya, Pak.”
“Ya sudah, kami pulang duluan ya! Pak Haryaman, Bu
Yunita, kami pamit pulang dulu ya!”
“Iya, hati-hati di jalan. Saya antar calon besan ke
depan. Ayo, Ma kita antar mereka. Jeffy dan Hana di sini saja ya? Kalian
ngobrol-ngobrol.”
“Siap, Om.”
“Kenapa panggilnya Om? Panggil saja Papa.”
“Iya, Pa.”
“Nah, gitu dong. Mari, Pak Devanno, Bu Janice.”
Haryaman dan Yunitasari berlalu mengantarkan keluarga
Jeffry ke depan.
“Jeffry, kamu selama ini ke mana saja sih? Kok
nggak pernah hubungi aku? Cerita dong.”
“Ceritanya panjang, Sayang. Intinya aku kuliah di
luar kota. Nah, di sana HP-ku hilang dan aku nggak hafal nomormu.”
“Oh, gitu. Kenapa nggak minta Jason? Bukannya dia
punya nomorku?”
“Sengaja, biar kamu rindu sama aku dan pertemuan
kita jadi lebih spesial seperti hari ini.”
“Ah, kamu jahat! Aku nungguin kamu tahu!”
“Maaf, tapi aku janji setelah kita menikah aku akan
terus bersamamu.”
—oOo—
Sebulan kemudian. Pernikahan Hana dan Jeffry
berlangsung sangat meriah dan megah. Pesta pernikahan ini akhirnya semua
didanai oleh Haryaman karena ia ingin di hari pernikahan putrinya menjadi momen
yang tidak terlupakan. Sayangnya dua minggu sebelum pernikahan tersebut.
“Hana, Jeffry, Papa mau bicara sesuatu sama
kalian.”
“Papa mau bicara apa? Lebih baik Papa istirahat
sekarang.”
“Nggak bisa, Sayang. Papa mau bicara penting. Ini
sangat penting, Hana.”
“Papa mau bicara apa?”
“Apapun yang terjadi pada Papa, kalian tidak boleh
menunda pernikahan kalian. Kalian harus tetap melangsungkan pernikahan kalian
pada hari yang telah ditetapkan. Oh, iya semua biaya pernikahan kalian sudah
Papa urus semua. Kalian nggak perlu repot lagi.”
“Papa kenapa bayarin pernikahan kami? Kami
sebenarnya sudah menyiapkan untuk biaya pernikahan kami.”
“Iya, Pa. Hana sama Jeffry sudah patungan untuk
biaya pernikahan ini.”
“Kalian terima ya? Papa mohon. Anggap saja sebagai
hadiah pernikahan kalian dari Papa.”
“Ya, sudah. Hana sama Jeffry terima. Nggak apa-apa
‘kan, Sayang?”
“Tidak apa, kalau itu mau Papa kamu.”
“Jeffry, tolong jaga putri saya dengan baik ya!
Jangan kamu sekali-kali sakiti putri saya. Papa titip Hana ya, Jeffry! Umur
Papa sudah nggak lama…”
Tak lama, Haryaman batuk-batuk parah.
“Papa kenapa? Papa jangan ngomong seperti itu.
Jeff, tolong panggil dokter.”
“Hana apa kamu baik-baik saja? Kenapa kamu
menangis?”
“Aku tiba-tiba kepikiran Papa, Sayang. Aku rindu
sama Papa . Seandainya Papa masih hidup, pasti hari ini akan menjadi hari yang
membahagiakan dia. Papa bisa menyaksikan putri satu-satunya menikah.”
“Aku paham kamu pasti rindu sama Papa. Besok kita
ke makamnya?”
“Memangnya kamu besok nggak kerja?”
“Kita kan baru saja menikah, aku ambil cuti. Lagian
aku pemilik perusahaannya, jadi mau masuk atau nggak ya itu terserah aku.”
“Ya sudah, besok kita ke makam Papa ya?”
“Iya, Sayang. Sekarang kamu tidur ya! Istirahat.”
“Yakin istirahat? Ini malam pertama kita loh.”
“Aku tahu itu, tapi lihat kamu sedih kita tunda
saja malam pertamanya. Kamu lebih baik istirahat.”
“Nggak perlu ditunda, Sayang. Aku siap kok.”
“Yakin?”
“Aku yakin. Lakukanlah!”
“I love you, Hana Haryaman Yunitasari.”
“I love you more, Jeffry Devanno Adijaya.”
The end. ©2022 by WillsonEP
😭 Yah, tamat. Terima kasih Jeffry dan Hana yang telah menemani. Terima kasih juga author yang sudah menulis cerita ini. 🙏🏻🙏🏻🙏🏻 Ditunggu cerita selanjutnya...
ReplyDeleteSama-sama, Kak. ☺️ Sudah baca cerita terbaru berjudul "My Boyfriend is Alien"? Baca kisahnya eksklusif di KaryaKarsa. :)
DeleteAh, kok udahan sih?
ReplyDeleteTamat? Kok pendek amat? Next dongg ... season 2
ReplyDeleteKisahnya hanya sampai sini ya :)
DeleteSedih, Om Haryaman nggak bisa lihat pernikahan putri satu-satunya. Semoga Om tenang ya 😭😭
ReplyDelete☺️🙏🏻
Delete🥳🥳 Congrats atas pernikahannya Jeffry, Hana. Semoga kalian bahagia selalu..
ReplyDelete☺️
DeleteSeason 2 please... masih susah move onn dari mereka! 😭😭😭
ReplyDeleteNggak ada lanjutannya kah?
ReplyDeleteNggak ada ya! Ini last chapter. :)
DeleteThankyou thorr buat ceritanya
ReplyDeleteCongrats ya, Jef, Han. Kisahnya nggak ada lanjutan nih? Season 2 bisa kali thorr
ReplyDelete