Little Parents 2 (Chapter 2)
Chapter 2 | Kebahagiaan Sementara
Kelahiran Sakti membawa
kebahagiaan bagi Bima dan Aline. Namun, memasuki bulan kedua kehadiran Sakti di
rumah mulai membuat mereka merasa terbebani.
“Lin, kamu bisa tenangin Sakti nggak
sih? Dia berisik amat! Aku butuh istirahat nih. Besok aku harus sekolah.”
“Aku tahu, Bim. Maaf, aku juga
bingung kenapa Sakti nangis terus. Aku kasih ASI sudah, pampers sudah
aku cek dan kering. Ternyata susah juga ya jadi orang tua. Kamu bantu juga dong
tenangin, Sakti.”
“Nggak bisa, aku harus
istirahat. Besok aku sekolah dan ada ulangan. Kamu tolong urus dia.”
Bima beranjak dari tempat
tidurnya.
“Kamu mau ke mana, Bim?”
“Pindah ke kamar tamu. Di sini
aku mana bisa tidur. Kamu urus Sakti biar nggak nangis. Ini sudah malam, nanti
mama kebangun marah-marah lagi. Sudah ya?”
Bima keluar kamar. Sementara
Aline berusaha sabar menghadapi sang suami yang bersikap demikian. Aline mengerti
sikap Bima yang seperti itu karena Bima sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan
ujian akhir. Ditambah lagi ia harus bekerja setiap pulang sekolah untuk memenuhi
kebutuhan keluarga kecilnya.
“Sakti, jangan nangis terus
dong. Mama lelah nih. Kamu tidur ya?”
Beberapa saat kemudian. Aline
berhasil membuat Sakti terlelap. Begitu Sakti terlelap, ia langsung beranjak
untuk menaruh Sakti di kamarnya.
“Akhirnya kamu tidur juga, Nak.
Mama tinggal ya? Kamu istirahat. Good nite, Sayang.”
Aline kembali ke kamar. Ia pun
langsung membaringkan diri di atas tempat tidur dan mulai memejamkan matanya.
—oOo—
Keesokan harinya. Aline baru
bangun sekitar pukul 06.00 pagi. Melihat waktu sudah menunjukkan pukul 06.00,
Aline langsung bergegas keluar kamar menuju dapur.
“Pagi, Non. Baru bangun ya?” sapa
Bi Tum sambil tetap melanjutkan mencuci piring.
“Pagi, Bi Tum. Iya, Bi Aline
kesiangan. Bima sudah berangkat ya?”
“Iya, Den Bima baru saja berangkat
beberapa menit yang lalu.”
“Oh, gitu. Dia sudah sarapan?”
“Sudah, tadi minta tolong sama
Bibi gorengin telor ceplok. Tadinya mau bangunin Non Aline, tapi karena
tidurnya Non pules banget jadi nggak tega.”
“Oh, gitu. Syukurlah. Makasih
ya, Bi?”
“Sama-sama, Non. Sekarang Non
Aline mau sarapan apa? Biar Bibi bikinin.”
“Telor ceplok juga deh, Bi.”
“Ya, sudah. Bibi buatkan dulu.
Non duduk dulu saja.”
“Oke, Bi.”
Sambil menunggu Bi Tum, Aline
meraih ponselnya untuk mengirimi Bima pesan.
Bima ❤️
06:07 Bim, maaf tadi aku nggak
sempet masakin sarapan buat kamu. Tadi subuh, Sakti rewel lagi makanya aku
bangun kesiangan. Jangan marah ya? Semangat sekolahnya 💪
“Hmm… belum dibaca. Pasti Bima
masih di jalan.”
Tak lama, Bi Tum datang membawa
telur ceplok buatannya beserta nasi yang sudah disiapkan.
“Makasih, Bi.”
“Sama-sama, Non. Bibi permisi ke
belakang dulu.”
“Oke, Bi.”
Sebelum menyantap sarapan, Aline
memotret menu sarapannya dan mengirimkan kepada Bima.
“Aku makan dulu ya, Sayang.
Nanti kalau sudah sampai sekolah, jangan lupa kabarin. Love you…,”
ucap Aline sambil mengirimkan pesan kepada Bima.
—oOo—
Beberapa jam kemudian. Waktu
telah menunjukkan pukul 14.00. Bima baru saja baru saja keluar dari kelasnya menuju
parkiran bersama Adrian, Edo, dan Reyhan.
“Gimana kabar Aline sama anak
lo, Bim?”
“Iya, mereka berdua sehat-sehat
‘kan?”
“Mereka sehat kok, Dri, Do.”
“Syukurlah, sekarang lo mau langsung
pulang atau nongkrong-nongkrong dulu. Sebentar saja…”
“Hmm… boleh deh. Aku ikut
nongkrong bareng kalian.”
“Wah, mantap! Ya, sudah kita
nongkrong di Warung Bakso Mas Slamet,” tambah Reyhan.
“Oke, kita berangkat sekarang.”
20 menit kemudian mereka tiba di
warung tersebut. Sambil menunggu pesanan, Bima memutuskan untuk menceritakan sedikit
kehidupan berumah tangganya. Ia memulai ceritanya dengan menceritakan bahwa
anaknya akhir-akhir ini sering menangis. Mendengar kisah Bima, ketiga sahabatnya
langsung memberikan dukungan dan semangat kepada Bima.
“Itu wajar, Bim. Adek gue juga
begitu. Biasalah bayi ‘kan belum bisa bicara, ya jadi menangis satu-satunya
jalan biar orang tuanya paham ia butuh sesuatu,” nasehat Adrian.
“Iya, bener tuh kata Adrian.
Bayi nangis wajar, Bim,” tambah Edo.
“Setuju. Sabar aja, Bim. Sekarang
kita nikmati saja nongkrong, nggak usah bahas anak maupun istri lo. Tuh,
pesanan kita mau diantar,” ujar Reyhan dengan nada sedikit kurang suka
mendengar cerita Bima.
Tak lama, Mas Slamet datang
membawa pesanan mereka. Mereka pun langsung menyantap pesanan masing-masing
dengan lahap. Saat sedang asyik menyantap seporsi bakso sambil mengobrol,
tiba-tiba saja ponsel Bima berdering.
“Siapa, Bim?”
“Mama Aline telepon. Aku permisi
angkat telepon dulu ya?”
“Oh, gitu. Oke, deh.”
Bima beranjak dari tempat
duduknya, berjalan ke arah samping warung untuk menjawab panggilan telepon
tersebut.
“Halo, Ma.”
“Halo, kamu di mana sekarang?
Bisa kamu temui Mama di kantor?”
“Bima lagi di Warung Bakso Mas
Slamet, Ma. Bisa, Ma. Bentar Bima ke sana.”
“Oke, Mama tunggu. Nggak pakai
lama ya? Mama perlu bicara penting sama kamu.”
“Oke, Ma. Bima ke sana
sekarang.”
To be continued... ©2023 WillsonEP
Bima egois banget
ReplyDeletenexttt dongggg
ReplyDeleteNextnya ada bro/sis... coba cek lagi
DeleteWah, Tante Karina mau bicara apa ya? Semoga nggak meresahkan...
ReplyDeleteKarina mau apa? 🤔 Pasti merencanakan sesuatu..
ReplyDeleteBau-bau Karina meresahkan sudah tercium 🤣😭
ReplyDeleteKarina meresahkan nih... Ada apa ya? 😂😃
ReplyDeleteKarina memang meresahkan dari awal. Kira-kira mau apa ya dia kali ini?
ReplyDeleteKarina meresahkan banget 😤😤
ReplyDeleteDari awal karina memang meresahkan ... Kali ini dia mau apa?
ReplyDeleteMencium aroma meresahkan Karina... Dari awal memang kejam banget sih. Si Bima disiksa. Sekarang rencananya apa lagi?😏
ReplyDeleteKARINA MERTUA KEJAM IS BACK... SI BIMA DISIKSA LAGI KAH?
ReplyDeleteMungkin Bima lelah, jadi emosian. Maklumlah harus sekolah sambil kerja. Pasti butuh istirahat. Bener nggak, Bim? 🤔 Untuk Tante Karina, mau ngapain ya?
ReplyDeleteTante mau apa nih?
ReplyDelete