Di Balik Kisah Cinta SMA (Chapter 8)
Chapter 8 | Jalur Belakang
Hana dan Jeffry baru saja selesai menikmati porsi
bakso mereka masing-masing.
“Jeff, aku lagi mau kopi. Kebetulan di seberang
sana ada outlet kopi baru. Kita ke sana, yuk!”
“Boleh, aku bayar dulu.”
“Ini uang buat yang punyaku.”
“Nggak perlu, biar aku yang bayar. Anggap saja
perayaan kita jadian.”
“Oke, deh. Aku ikut.”
“Oke.”
Hana ikut dengan Jeffry menghampiri pemilik warung
untuk membayar. Selesai dari sana, mereka pergi ke outlet Catatan Kopi Liem
yang letaknya tepat di seberang warung tersebut. Begitu sampai di sana, Hana
langsung celingak-celinguk mencari keberadaan Dara.
“Cari siapa?”
“Dara.”
“Dia di sini?”
“Iya, tadi dia ngabarin, tapi kok nggak ada?”
“Mungkin dia sudah pulang. Oh, iya kamu mau pesan
apa? Biar aku pesankan.”
“Iya, juga. Es kopi susu klasik,” respon Hana
sambil menunjuk menu yang tersedia.
“Oke, aku pesankan. Khusus hari ini aku yang
traktir.”
“Iya, Sayang.”
Setelah itu, mereka kembali ke kendaraan
masing-masing.
“Ingat ya, Han. Hubungan kita ini masih rahasia.
Ingat kita backstreet.”
“Iya, aku tahu. Aku akan jaga rahasia ini dengan
baik.”
“Oke. See you tomorrow ya! Bye, Sayang.”
“Bye, Jeffry.”
Keesokan harinya. Jam istirahat tengah berlsngsung.
Hana dan Dara sedang berada di kantin menikmati nasi katsu yang telah dipesan.
Tak lama, Dara pun menanyakan tentang kejadian kemarin sore.
“Jadi gimana hasilnya, Han? Kalian berhasil jadian
nggak?”
Hana terdiam. Sebenarnya ia hendak memberitahukan
kabar bahagia ini, tetapi karena adanya kesepakatan untuk tidak memberitahukan
hal ini kepada siapa pun ia memutuskan untuk berdusta pada sahabatnya.
“Nggak, Dar. Kami nggak jadian. Jeffry masih mau
fokus sekolah dulu, nggak mau pacar-pacaran.”
“Wah, jadi gimana atuh? Kamu cari cowok lain saja
deh.”
“Nggak, Dar. Aku akan tunggu sampai Jeffry siap pacaran.”
“Ayolah, Han. Jangan habiskan masa mudamu dengan
menunggu. Mungkin bukan Jeffry jodohmu. Cari lagi yang lain.”
“Nggak, Dar. Aku akan tunggu dia.”
“Ya sudah, terserah. Aku hanya bisa kasih saran.
Apapun keputusanmu, aku akan dukung.”
“Thanks, Dar.”
Beberapa saat kemudian, ponsel Hana bergetar. Hana
merogoh ponselnya dan segera membuka ponselnya.
“Siapa, Han?”
“Mama, Dar.”
“Oh, tumben banget Tante Yunita hubungi kamu.”
“Entahlah. Aku angkat telepon di sebelah sana ya?
Di sini terlalu ramai.”
“Oke, deh.”
Hana beranjak dari tempat duduknya untuk mengangkat
panggilan tersebut.
“Halo. Ada apa?”
“Kamu di mana? Aku kangen.”
“Kantin. Aku juga kangen. Kamu di perpus?”
“Iya, kamu ke sini ya? Ternyata gini rasanya
pacaran. Baru beberapa menit nggak ketemu saja sudah kangen.”
“Kamu sih kurang peka. Aku ke sana sekarang. Tunggu.”
“Oke.”
Setelah menutup panggilan tersebut, Hana kembali
menghampiri Dara.
“Sudah teleponnya? Tante Yunita ngomong apa?”
“Biasalah, tanya nilaiku masih bagus-bagus ‘kan? Masih tertinggi di kelas. Dia nggak pernah mikirin bagaimana perasaanku. Apa aku lelah atau tidak.”
“Sabar, Han.”
“Dar, aku duluan ke kelas ya! Nafsu makanku
langsung hilang.”
“Lah, ini masih banyak, Han. Nggak dikit lagi
saja?”
“Buat kamu saja. Duluan ya!”
Hana berlalu. Gadis itu langsung melangkahkan kaki
menuju perpustakaan untuk menemui pria yang baru saja menjadi kekasihnya
kemarin.
“Hai, maaf tunggunya lama ya?”
“Hai, juga. Nggak lama kok. Tadi lagi sama Dara
‘kan?”
“Iya, makanya aku cari alasan dulu biar Dara nggak
curiga.”
“Ya, aku paham. Duduk, Han.”
“Okay.”
Hana mengambil posisi duduk tepat di samping pria
itu.
“Kamu makin cantik, Han.”
“Ah, gombal.”
“Aku serius.”
“Kamu juga. Kenapa makin hari makin ganteng?”
“Nggak tahu. Aku nggak pakai apa-apa, Han. Paling
cuci muka saja sama pakai face wash. Mungkin karena dari lahir udah
ganteng. Aku hanya bisa bersyukur.”
Mereka melanjutkan obrolan-obrolan santai hingga
bel istirahat berakhir.
—oOo—
Sudah satu minggu lebih Jeffry dan Hana menjalani hubungan
backstreet. Di hari Sabtu yang cerah, mereka memutuskan untuk
menghabiskan waktu berdua.
“Senangnya bisa jalan-jalan sama pacarku ini.”
“Aku juga senang banget bisa jalan sama kamu, Jeff.
Oh, iya es krimku habis. Aku boleh beli lagi?”
“Boleh, tapi… ada syaratnya.”
“Syarat apa?”
Jeffry menunjuk pipinya.
“Maksudnya?”
“Cium dulu,” jawab Jeffry sambil terkekeh.
“Nggak ah, nanti dilihat orang. Bisa yang lain
syaratnya?”
“Bercanda, Han. Kamu boleh beli lagi, tapi jangan
sampai sakit.”
“Siap. Aku beli dulu ya! Kamu mau nambah?”
“Boleh.”
Hana berlalu untuk membeli es krim di minimarket
terdekat.
“Jeffry, ngapain kamu di sini?” tanya seorang pria
dengan nada berat. “Bagi duit!” lanjutnya.
“Jeffry nggak ada uang, Om.”
“Jangan bohong kamu!”
Pria yang bernama Dendra itu langsung merogoh
kantong keponakannya itu secara paksa.
“Ini ada uang! Dasar keponakan kurang ajar!
Berani-beraninya bohong sama Om!”
“Om, cukup ya! Om, yang seenaknya. Ini uangku.
Kalau Om mau uang ya kerja dong!”
Om Dendra yang emosi langsung memukul Jeffry hingga
tersungkur ke tanah
“Makanya jangan berani-berani sama Om. Om, permisi.
Makasih duitnya!”
“Om, tunggu! Balikin uang Jeffry!”
“Minta Papamu sana!”
Tak lama, Hana kembali.
“Kamu kenapa, Jeff?”
“Aku baik-baik saja.”
“Kenapa sampai lebam-lebam seperti ini? Siapa yang
memukulmu?”
“Omku.”
“Alasannya apa?”
“Dia memang seperti itu.”
“Ya sudah, aku obati ya! Kita ke mobilku. Lebamnya
harus segera diobati.”
“Iya, iya.”
Hana dan Jeffry telah berada di mobil. Hana segera
mengambil kotak P3K untuk mengobati Jeffry.
“Aw… sakit. Pelan-pelan dong, Han.”
“Sorry, terlalu kencang ya? Aku lebih pelan
deh. Sebenarnya kenapa Om kamu sampai bisa pukul kamu kayak gini sih?”
Jeffry memilih untuk diam. Jeffry tidak mau Hana
mengetahui masalah pribadinya sekarang.
“Nanti aku cerita, tapi bukan sekarang.”
“Ya, sudah kalau nggak mau cerita sekarang. Aku
nggak akan paksa kamu.”
“Han, aku pamit pulang dulu ya? Hati-hati di jalan.
Kalau sudah sampai rumah, jangan lupa kabarin.”
“Iya, Pacar.”
“Bye, Han. Love you.”
“Bye, I love you more.”
Setelah Jeffry turun dari mobil, Hana langsung
melajukan mobilnya pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, ia dikagetkan dengan kehadiran
kedua orang tuanya di rumah.
“Kamu habis dari mana, Han?” tanya Haryaman.
“Loh, Papa dan Mama tumben ada di rumah. Ada apa?”
“Papa dan Mama mau bicara sama kamu.”
“Iya, Han. Kami mau bahas masalah penting. Kamu
pacaran sama lelaki gembel itu?”
“Maksudnya gimana? Hana sama sekali nggak ngerti
apa yang Mama omongin.”
“Jangan mencoba berkelit, Han. Jawab pertanyaan Mamamu.
Tadi Papa dan Mama nggak sengaja lihat kamu bermesraan dengan seorang lelaki di
taman. Siapa dia? Pacarmu? Kalian berpacaran?”
Hana terdiam untuk beberapa saat.
“Jawab, Han! Kamu pacaran sama lelaki gembel itu?”
tanya Haryaman emosi.
“Cukup, Pa! Dia bukan gembel, dia pacar Hana.”
“Apa? Jadi kalian benar pacaran?”
“Ya, Hana suka dia dan begitu pun sebaliknya. Ada
yang salah?”
“Jelas salah, Hana. Dia siapa dan kamu siapa?”
“Betul kata Papamu. Apa kamu nggak pikir panjang
sebelum memutuskan pacaran sama lelaki itu?”
“Hana nggak peduli itu, Ma. Lagian harta itu bisa
dicari, jadi menurutku tidak ada masalah
kalau aku pacaran dengannya.”
“Papa dan Mama tetap tidak setuju. Sekarang kamu
hubungi dan suruh dia kemari.”
“Untuk apa? Papa dan Mama mau merendahkan dia? Aku
nggak akan hubungi dia.”
“Cepat hubungi dia! Jangan bikin Papa emosi!”
Melihat Haryaman yang semakin emosi, Hana akhirnya
menuruti permintaannya untuk menghubungi Jeffry dan memintanya untuk datang ke
rumah.
“Halo, Jeff. Bisa kamu datang ke rumahku sekarang?
Hubungan kita ketahuan. Papa dan Mama marah besar. Aku takut.”
“Apa ketahuan? Baiklah, aku ke sana sekarang. Kamu
nggak perlu takut.”
To be continued... ©2022 by WillsonEP
Bucin bangett...
ReplyDeleteJeffry ternyata bucin...ðŸ¤ðŸ¤ðŸ¤
ReplyDeleteNextt ditunggu... besok 'kan?
ReplyDeleteYah, ketahuan semoga nggak putus
ReplyDeleteSemoga nggak putus
ReplyDeleteSemoga nggak putus ðŸ˜ðŸ˜
ReplyDeleteOmnya Jeffry gila sih!! Malak ponakannya
ReplyDeleteParah si Om! 😤😤
ReplyDeleteKalau mau duit kerjalah! Om Dendra go***k!
ReplyDeleteSweett banget jeffry hana 😘
ReplyDeleteSemoga kalian nggak putus ya 😥😥 Harus berjuang ðŸ˜
ReplyDeleteNexttt
ReplyDeletePenasaran nextnya
ReplyDeleteBisakah jam 10 dipercepat...
ReplyDelete😤😤 OM, cari duit sana! Malah malak keponakan... ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ Kasihan Jeffry
ReplyDelete