Terror Games (Chapter 5)

Chapter 5

Julian dan Jessica tengah menikmati makan malam bersama di kediaman mendiang Kakek Ardiaman. Sambil menikmati makan malamnya, Julian sesekali menatap gadis di hadapannya dengan senyuman.

“Kenapa kamu senyum-senyum gitu ngeliatin aku?” tanya Jessica yang tiba-tiba menyadari dirinya diperhatikan oleh Julian.

“Hmm … nggak apa-apa. Aku beruntung punya pacar kayak kamu, Jess.”

“Beruntung gimana?” tanya Jessica lagi sambil meneruskan makan malamnya.

“Udah cantik, baik, dan selalu dukung aku selama ini. Makasih ya?”

“Sama-sama. Udah tugas aku dukung kamu, Jul. Sekarang lanjut lagi makannya. Kamu harus makan yang banyak. Biar nggak sakit. Mau tambah lagi?”

Julian menggeleng. “Ini udah cukup kok. Belum habis juga.”

“Ya, udah. Lanjut makannya.”

Selang beberapa menit, mereka selesai makan malam. Jessica beranjak dari kursinya, berniat mengangkat piring-piring kotor ke dapur. Namun, Julian segera mencegahnya.

“Nggak perlu, Jess. Biar Bi Ami aja ya yang beresin semuanya.”

“Beneran nggak apa-apa?”

“Beneran.”

Julian segera memanggil Bi Ami untuk membereskan piring-piring kotor.

“Jessica bantu ya, Bi?”

“Jangan, Non. Ini udah tugas Bibi.”

“Iya, Jess. Sekarang aku anter kamu pulang ya? Udah jam segini, pasti Mama kamu khawatir kalau kamu belum di rumah.”

“Hmm … mending kamu istirahat aja, Jul. Aku bisa pulang naik taksi online.”

“Mana bisa aku istirahat kalau belum mastiin kamu pulang ke rumah dengan selamat. Aku anter aja ya? Bentar aku ambil kunci mobil dulu. Jangan ke mana-mana.”

“Ya, udah. Aku tunggu di depan ya? Bi Ami, Jessica pulang dulu ya? Makasih buat masakannya.”

“Sama-sama, Non. Den ambil kuncinya jangan lama-lama. Kasian Non Jessica ini udah malem.”

“Siap, Bi.”

Julian beranjak pergi untuk mengambil kunci mobil. Sementara Jessica memutuskan untuk menunggu di depan. Tak butuh waktu lama, Julian datang membawa kunci mobilnya.

“Kita pulang sekarang? Let’s go !”

“Iya.”

“Silakan masuk, Princess-nya Tuan Julian Maxime Ardiaman.”

“Ah, kamu bisa aja. Makasih, Pangerannya aku.”

-oOo-

Keesokan harinya. Jessica baru saja menyelesaikan meeting dengan tim internal kantornya, Margareth, Son & Daughter Group. Setelah para karyawannya keluar dari ruangan meeting, Jessica kembali ke ruangannya untuk melajutkan pekerjaannya yang lain. Tak terasa, waktu telah menunjukkan pukul 15.00 sore.

“Akhirnya pekerjaanku hari ini selesai juga,” ujar Jessica sambil melakukan peregangan setelah duduk berjam-jam. Diliriknya jam tangan yang ia kenakan.

“Masih jam segini. Hmm … panas-panas gini enaknya makan es krim. Coba ajak Nasya deh. Pasti dia senang kalau aku ajak makan es krim.”

Diraihnya ponsel yang semula tergeletak di atas meja untuk menelepon keponakannya yang bernama Nasya.

“Halo, Sya. Kamu ada di rumah?”

“Halo, Tan. Ada kok. Tante Jessica mau ke rumah?”

“Iya, Tante ada rencana mau ajak kamu makan es krim. Kamu mau?”

“Mau dong, Tan. Es krim ‘kan favorit aku.”

“Ya, udah. Sekarang kamu siap-siap ya? Pulang sekolah pasti belum mandi.”

“Iya, Tante tau aja. Nasya siap-siap dulu ya, Tan.”

“Oke, sampai ketemu nanti ya?”

“Iya, Tan. Bye.”

Bye, Sya.”

Setelah panggilan dari sang Tante berakhir, Nasya langsung berlari keluar kamar menghampiri Alexa yang tengah menonton TV di ruang tengah.

“Mama!”

“Ada apa, Sayang?”

“Tadi Tante Jessica telepon.”

“Terus?”

“Tante Jessica mau ke sini. Mau ajak aku makan es krim. Boleh ‘kan Nasya pergi beli es krim sama Tante Jessica?”

“Boleh dong, Sayang. Kamu boleh pergi. Oh, iya kamu udah mandi belum?”

Nasya menggeleng sambil tersenyum.

“Belum.”

“Mandi dulu ya, baru pergi sama Tante Jessica.”

“Iya, Ma.”

“Bisa mandi sendiri?”

“Bisa, Ma.”

“Pinter banget sih anak Mama. Mandinya yang bersih ya?”

“Iya.”

-oOo-

Sekitar 30 menit perjalanan, Jessica tiba di kediaman sang Kakak beserta keluarga kecilnya. Kedatangan langsung disambut oleh Nasya dan Alexa.

“Hai, Nasya. Kamu apa kabar?”

“Kabar Nasya baik, Tan. Tante sendiri apa kabar?”

“Kabar Tante juga baik. Kalau Kak Alexa apa kabar?”

“Kabarku juga baik, Jess. Gimana sibuknya kerja kantoran?”

“Ya, gitu deh. Kerja kantoran lumayan melelahkan.”

“Enak mana sama kuliah?”

“Hmm … jelas kuliah dong, Kak. Masih dapet uang jajan tanpa harus memikirkan gimana susahnya mencari uang.”

“Ya, memang cari uang nggak mudah.”

“Tan, ngobrolnya udah belum? Nasya mau es krim nih.”

“Sabar ya, Sya. Ini Tante lagi ngobrol sama Mama sebentar aja.”

“Beneran sebentar?”

“Iya, sebentar.”

“Maaf ya, Sya. Kalau kalian mau pergi sekarang nggak apa-apa. Titip jagain Nasya ya, Jess.”

“Nggak apa, Kak. Kak Alexa nggak ikut? Ikut aja dong. Kita makan es krim sama-sama.”

“Hmm … nggak usah. Aku di rumah aja.”

“Ayolah, Kak. Ikut aja ya? Aku traktir.”

“Ya, udah kalau kamu maksa. Aku mau ganti baju dulu.”

“Oke, Kak. Jessica tunggu.”

Selesai Alexa bersiap, mereka pun berangkat menuju gerai es krim yang telah menjadi favorit Nasya sejak lama, Frizzy Ice Cream. 20 menit perjalanan, mereka tiba di tujuan. Mereka beranjak turun setelah mobil terparkir di tempat yang tersedia.

“Asyik, akhirnya bisa makan Frizzy Ice Cream lagi!” ujar Nasya bersemangat sambil mengajak Jessica dan Alexa agar segera memasuki gerai. Mereka bertiga mulai memasuki gerai, kemudian menghampiri kasir untuk memesan es krim yang diinginkan. Setelah pesanan mereka disiapkan, mereka langsung mencari tempat duduk yang tersedia.

“Makasih ya, Jess. Udah mau ajak dan traktir aku sama Nasya.”

“Sama-sama, Kak. Kalau mau nambah bilang aja ya?”

“Iya, Tan. Boleh nambah ‘kan, Ma?”

“Boleh, tapi nambahnya maksimal satu kali ya? Nanti kamu batuk.”

“Iya, Ma.”

Suasana bahagia terpancar dari wajah gadis usia tujuh tahun begitu es krim favoritnya masuk mulut. Jessica dan Alexa pun ikut senang melihatnya. Sambil menikmati es krim, Jessica dan Alexa kembali mengobrol. Kali ini Jessica menanyakan perihal Kakak-nya Jazz yang sedang di luar kota. Tanpa disadari, seorang laki-laki tiba-tiba memerhatikan Jessica.

“Bukannya itu Jessica? Aku nggak mungkin salah. Dia adalah perempuan yang menyebabkan keluargaku berantakan sekarang ini. Ternyata, dia malah hidup senang-senang di atas penderitaan orang. Aku harus melakukan sesuatu padanya. Dia nggak boleh bahagia!”

Tak lama, pria itu pergi keluar meninggalkan gerai. Ia meraih ponselnya, menghubungi salah satu teman.

“Gue butuh bantuan lo.”

“Tentu gue bantu. Lo butuh bantuan apa?”

“…”

Sekitar 10 menit kemudian. Jessica, Alexa, dan Nasya selesai menyantap es krim. Jessica kembali menawarkan Nasya es krim tambahan. Tentu, Nasya langsung menyetujuinya, tetapi untuk dibawa pulang. Jessica beranjak dari tempat duduknya, memesan es krim tambahan.

“Ini dia es krim pesanan Nasya. Sekarang kita pulang?”

“Hmm … bentar, Tan. Nasya mau ke toilet. Mama bisa anterin?”

“Bisa dong, Sayang.”

“Ya, sudah. Nasya sama Mama ke toilet ya. Tante duluan ke mobil.”

“Oke, Tan.”

“Kak, Jessica tunggu di mobil ya?”

“Oke, nanti aku dan Nasya nyusul.”

Alexa dan Nasya pergi ke toilet. Sementara Jessica beranjak keluar gerai menuju mobil. Namun, baru sampai pintu depan tiba-tiba saja ponsel Jessica berbunyi. Jessica pun langsung mengecek ponsel yang dipegangnya sejak tadi setelah melakukan pembayaran.

Julian Maxime Ardiaman

Kamu di mana? 17:26

Aku kangen. 17:26

“Hmm … ternyata Julian kirim pesan.”

Jessica tersenyum kecil begitu melihat pesan yang dikirimkan Julian. Ia segera membalas pesan tersebut.

17:27 Aku di Frizzy Ice Cream.

Sama siapa? Sendiri? 17:27

17:28 Nggak sendiri kok. Sama Kak Alexa dan Nasya.

17:28 Nasya suka banget sama es krim di sini.

Oh, ya? Btw, kangen aku nggak direspon nih.😌 17:29

Kamu nggak kangen sama aku?😥17:29

17:30 Nggak terlalu.😆 ‘Kan kemaren baru aja ketemu.

Tetep aja, akhir-akhir ini aku selalu kangen sama kamu. 17:30

17:31 Gombal.🤭

Aku nggak gombal, Jess. Ketemu yuk! Aku ke rumah kamu ya? 17:32

17:32 Ya, udah. Sampai ketemu di rumah ya?

17:33 Ini juga aku udah mau pulang.

17:33 Udah dulu ya.

Oke, hati-hati di jalan. 17:34

17:34 Iya, iya.

Jessica segera menaruh ponselnya dalam tas, kemudian melanjutkan langkahnya menuju mobil. Tiba-tiba saja sebuah motor melaju dengan cukup kencang menabrak Jessica dan langsung kabur.

“Woi! Tanggung jawab lo! Jangan kabur!” ujar beberapa saksi mata sambil berusaha mengejar motor yang kabur setelah menabrak Jessica. Sementara yang lainnya langsung menelepon rumah sakit terdekat agar Jessica segera mendapatkan penanganan. Tak lama, Alexa dan Nasya keluar gerai. Melihat Jessica yang tergeletak tidak sadarkan diri, Alexa tentu terkejut.

“Apa yang terjadi, Pak? Kenapa adik saya bisa seperti ini?”

“Tadi ada motor ngebut nabrak adiknya, Mbak.”

“Adik saya ditabrak?”

“Iya, Mbak. Sabar ya. Saya udah telepon rumah sakit terdekat.”

“Terima kasih, Pak. Jess, kamu bertahan ya?”

“Tante, bangun! Ma, Tante Jessica nggak apa-apa ‘kan?”

“Kita bantu doa aja ya, Sayang.”

“Tuhan, tolong selamatkan Tante Jessica. Amin.”

“Amin.”

To be continued … © 2024 WillsonEP. Bagaimana chapter kali ini? Tulis di kolom komentar ya.

Comments

  1. 😭😭 Semoga kamu baik-baik aja ya, Jess.

    ReplyDelete
  2. Siapa sih pelakunya? Misterius banget. 😭🤔

    ReplyDelete
  3. Semakin seru ceritanya 💫💫

    ReplyDelete

Post a Comment

Trending This Week 🔥🔥

Writing Skill #1 : Tanda Titik (.)

Little Parents 2 (Chapter 8)