Andrew & Anes (Chapter 1)
Chapter
1 : Cowok Menyebalkan
Tahun ajaran baru telah dimulai.
Anes baru saja menyelesaikan sarapannya bersama kedua orang tuanya, Andreas
Setiawan dan Dewi Cantika. Setelah meneguk segelas air, Anes pun menyalami
kedua orang tuanya.
“Ma, Pa, Anes berangkat
sekolah dulu ya!”
“Iya, Sayang. Belajarnya
yang semangat ya!”
“Sama satu lagi, jangan
lupa pesan Papa dan Mama. Kamu dilarang pacaran selama masih sekolah.”
“Iya, Ma, Pa. Anes ingat
kok. Aku nggak akan pacaran.”
“Bagus itu. Papa dan Mama
nggak mau kamu seperti sepupu sampai hamil di luar nikah gara-gara pacaran.”
“Iya, iya. Sudah dulu ya!
Nanti aku telat nih.”
“Ya, sudah. Sana
berangkat.”
Anes mengambil tas sekolah
dan segera memasuki mobil yang hendak mengantarnya ke sekolah. Di dalam mobil,
sudah ada Pak Toni, sopir pribadi yang ditugaskan untuk mengantar ke mana pun
Anes pergi.
“Jalan sekarang, Non? Nggak
ada yang ketinggalan?”
“Jalan sekarang saja, Pak.
Semuanya sudah saya bawa.”
“Baik, Non.”
Pak Toni mulai menjalankan
mobil menuju SMA Nusantara, SMA tempat di mana Anes bersekolah. Hanya
membutuhkan waktu 30 menit, mereka tiba di tujuan. Anes turun dari mobilnya. Ia
segera memasuki gedung sekolah untuk mencari kelas barunya. Di tengah perjalanan,
Anes tak sengaja berpapasan dengan seorang pria yang menurutnya sangat
menyebalkan.
Pria itu adalah Andrew Brawijaya,
salah satu siswa terkenal di SMA Nusantara. Ia terkenal karena berparas tampan,
pintar, dan berasal dari keluarga kaya raya pula. Nyaris sempurna! Namun, selain
itu ia juga terkenal sebagai “playboy.”
“Selamat pagi, Anes
cantik,” sapa pria itu.
“Kamu lagi, kamu lagi. Kamu
ngapain sih ganggu aku terus?”
“Baru juga sekarang ganggunya.
Selama liburan kemarin, gue ‘kan nggak ganggu lu. Gue kangen sama lu.”
“Idih, aku nggak kangen
sama kamu.”
“Ya, nggak apa-apa. Gue
suka sama lu, Nes. Lu mau ya jadi pacar gue?”
“Nggak! Kamu sudah bilang ini
ke berapa cewek? Saran aku lebih baik kamu berhenti deh permainkan cewek.”
“Hmm, ke berapa ya? Gue
lupa, tapi yang jelas kali ini gue serius sama lu. Mau ya jadi pacar gue? Gue
janji deh bakal berubah.”
“Nggak, Drew. Aku nggak mau
jadi pacar kamu. Sudah ya aku permisi!”
“Anes, tunggu! Lu mau ke
mana?”
“Cari kelas baru.”
“Oh, gitu. Sekarang lu
boleh tolak gue, tapi gue pastikan lu bakal jadi pacar gue suatu saat nanti. Gue
akan buktikan itu. Bytheway kita sekelas lagi. Lu nggak perlu
cari-cari lagi. Kita kelas XI-IPS 2.”
“Ah, yang benar? Aku nggak
percaya.”
“Terserah, kalau lu nggak
percaya. Takdir sudah mempertemukan kita. Sudah ya! Sampai ketemu nanti di
kelas baru.”
Andrew berjalan menuju arah
kantin meninggalkan Anes. Sementara itu, Anes melanjutkan perjalanannya mencari
kelas barunya tanpa memedulikan perkataan pria itu. Ia pun memulai pencarian
namanya pada kelas pertama yang ia kunjungi, kelas XI-IPS 1.
“XI-IPS 1 nggak ada. Apa
benar yang dikatakan cowok itu? Aku sekelas lagi sama cowok itu?”
Anes melanjutkan pencarian
namanya di kelas selanjutnya, XI-IPS 2. Anes mulai membaca daftar siswa kelas
tersebut dan memang benar namanya dan nama pria menyebalkan tadi terdaftar di
kelas ini.
“Sial, kok bisa sih aku
sekelas lagi sama cowok itu?”
Anes pun mulai memasukin
kelas barunya dengan pasrah. Ia harus sekelas lagi dengan pria paling
menyebalkan di dunia ini. Ia harus siap dijahili kembali setiap hari oleh pria
itu. Namun, di balik ia harus sekelas dengan pria bernama Andrew itu, ia
bersyukur bisa sekelas lagi dengan kedua sahabatnya, Jovita Putri dan Kevin
Christian. Tiba-tiba Anes tersadar dari lamunannya karena namanya dipanggil
oleh seseorang.
“Anes, sini! Aku punya
teman baru nih.”
Seseorang itu adalah Jovita,
sahabatnya. Saat ini, Jovita tengah duduk di sebelah seorang pria tampan yang
belum pernah Anes kenali sebelumnya. Ia langsung menduga bahwa pria itu adalah
pacar sahabatnya.
“Cie, cie, teman baru atau
pacar kamu, Jov?”
“Teman, Anes.”
“Oh, teman. Kirain pacar kamu,
Jov. Kenalin nama aku Anes.”
Anes menyodorkan tangannya
mengajak pria di hadapannya bersalaman.
“Namaku, Julian.”
“Salam kenal. Aku duduk depan
kalian ya!”
“Okay, Nes,” respon Jovita.
Tak lama, pria bernama
Andrew itu memasuki kelas. Ia langsung menghampiri kursi kosong di sebelah
Anes.
“Gue duduk sini ya?”
“Jangan! Ini buat Kevin.”
“Kevin sahabat lu? Dia di
belakang saja, biar gue yang di sini.”
Andrew mengambil posisi
duduk.
“Ih, pergi nggak? Kamu
jangan duduk di sini!”
“Gue bercanda, Sayang. Gue
memang nggak mau duduk di depan. Gimana kalau lu pindah ke belakang? Kita duduk
semeja?”
“Nggak! Mending aku duduk
sama Kevin.”
“Ya sudah, gue ke belakang
ya! Lu jangan kangen sama gue. Oh, iya gue akan buktiin omongan gue tadi. Gue
bakal berubah demi lu.”
“Sana pergi! Aku nggak
mungkin kangen sama kamu!”
Pria itu berlalu dan segera
duduk di barisan belakang.
“Nes, kenapa nggak dicoba
dulu saja?” goda Jovita tiba-tiba. “Kelihatannya dia memang beneran suka sama
kamu.”
“Nggak, Jov. Kamu ‘kan tahu
aku dilarang pacaran sama Papa dan Mama.”
“Aku tahu itu, tapi aku
bisa bantu bujuk kalau kamu mau.”
“Bujuk? Jangan gila, Jov.
Papa dan Mama nggak mungkin bisa dibujuk. Sekali A tetap A.”
“Kita coba dulu saja.”
“Sudah ah, jangan dibahas.
Lagian aku nggak mungkin suka sama Andrew. Dia itu playboy, Jov.”
“Kalau dia berubah
bagaimana? Kamu bakal berubah pikiran dan suka sama dia?”
“Aku sih yakin nggak akan
berubah pikiran.”
“Yakin banget? Hanya waktu
yang bisa menjawabnya lho, Nes.”
“Aku yakin 100% nggak akan
pernah suka dia, Jov.”
Beberapa saat kemudian, bel
masuk berbunyi. Tak lama, seorang guru memasuki kelas.
“Selamat pagi, anak-anak!”
“Pagi, Bu.”
“Perkenalkan nama Ibu Sisca
Harwanti. Mulai hari ini, Ibu akan menjadi wali kelas kalian selama satu tahun.
Sekarang Ibu absen dulu ya!”
Bu Sisca mulai menyebutkan nama
siswa-siswi di kelas ini satu per satu. Setelah semua nama telah disebutkan,
Ibu Sisca mengajak para murid untuk membuat struktur organisasi kelas. Tak
butuh waktu lama, nama-nama kandidat telah tercantum di papan tulis. Pemilihan
pun dimulai.
“Setelah berdiskusi tadi, Eric
sebagai ketua kelas, Jovita sebagai wakil ketua kelas, dan Anes sebagai sekretaris.
Ibu berharap kalian dapat menjalankan tugasnya dengan baik.”
Beberapa saat kemudian, bel
pulang sekolah berbunyi.
“Oke, anak-anak hari ini
cukup sekian. Besok jangan lupa membawa buku sesuai jadwal ya!”
Setelah berpamitan, Ibu
Sisca langsung meninggalkan kelas diikuti murid-murid termasuk Anes yang
memutuskan untuk langsung pulang. Ia kembali ke mobil.
“Sudah selesai, Non?”
“Sudah, Pak. Sekarang kita
langsung pulang ya!”
“Baik, Non.”
Pak Toni menjalankan mobilnya.
Selama perjalanan menuju rumah, Anes memutuskan untuk mendengarkan musik
favoritnya menggunakan earphone bluetooth. Sesampainya di rumah, ia
langsung menghampiri sang mama yang biasanya berada di dapur.
“Anes pulang, Ma.”
“Eh, Anes kamu sudah pulang
rupanya. Kamu bisa bantu Mama?”
“Bantu apa, Ma?”
“Ini bantu Mama buat kue-kue
buat acara slametan rumah Pak Barjo yang baru saja selesai direnovasi.”
“Bisa, Ma, tapi aku mandi dulu
ya! Hari ini gerah banget.”
“Okay, Sayang.
Jangan lama-lama ya! Soalnya pesanannya agak banyak 150 box dan buat
nanti malam. Takutnya nggak keburu.”
“Iya, Ma.”
Anes masuk ke kamarnya di
lantai dua. Ia pun segera masuk kamar mandi. 30 menit kemudian, Anes keluar
kamar mandi. Ia pun mengambil pengiring rambut untuk mengeringkan rambutnya
yang masih basah. 10 menit, rambut Anes telah selesai dikeringkan. Tak lama,
ponsel Anes berbunyi. Anes segera mengecek ponselnya.
“Jovita kirim pesan di grup?
Kirim pesan apa ya?”
Best Friends (3)
Today
Jovita Putri
Guys, aku bosen nih.
Temenin dong 10:33
“Hahaha, Jovita lagi bosen
nih. Isengin dia ah.”
Read by 2 10:33 Chat aja
cowok baru kamu itu 😆
Kevin Christiawan
Wah, ciee ciee Jovita udah
punya pacar. Siapa pacarnya, Nes? 10:34
Read by 2 10:34 Itu lho
Julian, cowok yang pendiem itu.
Jovita Putri
@Anes Setiawan @Kevin
Christian ih itu bukan pacar aku. CUMA TEMEN 10:35
Kevin Christian
Semoga Jovita cepet jadian
sama si Julian. Menurut gw, Julian lumayan ganteng kok. Tapi gantengan gw sih. 😆 10:37
Read by 2 10:38 Aminn 😇
Setelah percakapan tersebut,
Anes memutuskan untuk menaruh ponselnya dan segera membantu mamanya.
To be continued...
Comments
Post a Comment