Andrew & Anes (Chapter 3)

Chapter 3 : Sidang Bunga Tanpa Nama

Anes dan kedua orang tuanya baru saja selesai makan malam. Namun, suasana makan malam kali ini agak berbeda.

“Anes, bisa kita bicara sebentar?” tanya Andreas dengan nada datar.

“Bisa, Pa. Memangnya mau bicara soal apa?”

“Kita bicarakan di ruang keluarga. Ayo, Ma, Nes!”

Mereka pun beranjak dari ruang makan menuju ruang keluarga. Andreas dan Dewi duduk terlebih dahulu. Disusul oleh Anes kemudian. Dari raut wajah kedua orang tuanya, Anes sangat yakin apa yang akan dibahasnya sekarang adalah tentang bunga tanpa nama tadi sore.

“Papa dan Mama mau bicara apa? Kok mukanya tegang banget? Santai saja, Ma, Pa.”

“Papa dengar dari Baron, kamu dapat kiriman bunga dari seseorang. Apakah benar?”

“Iya, benar.”

“Apa itu dari pacarmu? Siapa lelaki itu? Jawab!”

Andreas mulai terbawa emosi mendengar jawaban santai dari Anes. Sementara itu, Anes hanya tersenyum melihat tingkah sang papa.

“Kenapa kamu malah senyum-senyum? Jawab pertanyaan Papa!” tanya Andreas dengan nada yang lebih tinggi dari sebelumnya.

“Pa, nggak usah bentak-bentak seperti ini. Kita bisa bicarakan baik-baik, nggak perlu pakai emosi. Anes sayang, bisa kamu jelaskan? Dari siapa bunga itu? Apakah benar itu dari pacarmu? Jawab dengan jujur.”

“Aku nggak punya pacar, Ma, Pa. Kalian nggak perlu khawatir. Aku tahu kok peraturan kalian.”

“Tuh, ‘kan, Pa. Anes memang tidak punya pacar. Papa nggak perlu marah-marah seperti ini.”

“Kalau bukan dari pacarmu, terus bunga itu dari siapa?”

“Mungkin dari fans-ku di sekolah. Mereka sering memberikanku sesuatu, Pa, Ma.”

Fans? Kamu punya fans di sekolah?”

“Iya, Pa. Jovita pun sama sering mendapatkan kiriman-kiriman seperti ini. Bahkan dia lebih banyak.”

Andreas terdiam sejenak.

“Semua itu wajar, Pa. Anak kita ‘kan cantik dan pintar. Pasti banyak cowok yang naksir.”

“Hmm, benar juga. Sudah berapa cowok yang mencoba mendekatimu?”

“Lumayan banyak, tapi aku tolak semua. Itu ‘kan yang Papa dan Mama mau? Sudah ah, aku capek. Aku permisi ke kamar.”

“Bagus itu. Sekarang kamu bisa ke kamar. Ingat, jangan pacaran selama sekolah.”

“Iya, Pa, Ma.”

Anes beranjak menuju kamarnya dengan lesu.

“Gara-gara bunga saja, Papa semarah itu. Bagaimana kalau aku bilang nggak suka dengan peraturannya? Mama pun terlalu menuruti semua keinginan Papa. Aku harus meminta dukungan ke siapa coba? Aku nggak suka dikekang seperti ini terus.”

Sesampainya di kamar, Anes segera mengambil ponselnya untuk menghubungi sahabatnya, Jovita.

Jovita Putri

Read 19:10 Jov, aku mau curhat bisa?

Bisa, Nes. Mau curhat apaan? 19:11

Read 19:11 Curhat soal Sidang Bunga Tanpa Nama. Aku telepon ya?

Okay 19:12

Anes segera menekan tombol video call pada kontak Jovita.

“Hai, Anes!”

“Hai, Jov. Kamu lagi ngapain?”

“Baru selesai belajar nih, Nes. Kamu mau curhat soal bunga tadi ya?”

“Iya, tadi Papa marah begitu tahu aku dapat kiriman bunga dari seseorang. Papa kira aku sudah punya pacar. Baru masalah bunga saja, Papa sudah semarah ini. Bagaimana kalau aku bilang nggak suka sama peraturannya. Aku harus bagaimana ya, Jov?”

“Sabar ya, Nes. Saran aku, kamu coba bicarakan hal ini pas suasana hati Om Andreas lagi bagus. Siapa tahu dia bisa mengerti dan menerima masukan kamu.”

“Gitu ya, Jov. Ternyata punya wajah cantik itu merepotkan juga. Kadang aku jadi nggak enak sama cowok-cowok yang nembak aku tapi aku tolak, apalagi kalau aku tahu banget orangnya.”

“Iya, Nes. Aku juga kadang merasa nggak enak, tapi apa boleh buat. Kalau kita nggak suka, kita nggak boleh paksakan.”

“Setuju. Kalau aku sih, lebih ke nggak enak sama cowok yang harus berhadapan dengan Papa. Semua cowok yang dekat sama aku selalu saja menyerah. Baru Kevin saja yang berhasil bertahan.”

“Iya, sih. Kevin kebal banget ya! Aku salut sama dia.”

“Setuju, Kevin harus dapat penghargaan.”

“Penghargaan apaan, Nes?”

“Sahabat Cowok Terkebal 2018—2019.”

“Ada-ada saja kamu, Nes.”

“Oh, iya traktiran batagor besok jangan lupa ya, Jov!”

“Siap, Nes. Aku nggak akan lupa.”

Okay, sudah dulu ya, Jov! Makasih sudah mau dengerin curhatan aku.”

“Sama-sama, Nes. See you tomorrow, bye!”

Bye!”

To be continued...

©2022 By WillsonEP

Comments

Post a Comment

Trending This Week πŸ”₯πŸ”₯

πŸ“£ BESOK! Bisakah Aku Bahagia Eksklusif di KaryaKarsa

My Neighbor, My Lecturer (Chapter 8)