Andrew & Anes (Chapter 8)
Tak jauh dari sekolah, Andrew
menghentikan mobilnya di sebuah warung mie ayam.
“Kenapa berhenti di sini?
Aku mau pulang.”
“Gue lapar. Kita makan dulu
ya?”
“Aku nggak lapar.”
Tak lama, suara perut Anes
terdengar.
“Yakin? Mulut bisa bilang
nggak, tapi perut nggak bisa bohong. Yuk, turun!”
Andrew turun dari mobilnya.
Kemudian ia membukakan pintu untuk Anes.
“Ayo, turun! Kita makan.”
“Hmm, warungnya ramai sama
anak sekolah kita. Aku nggak mau.”
“Memangnya kenapa dengan
mereka?”
“Nanti mereka nyangka aku
pacar barumu.”
Andrew terkekeh.
“Gue bisa jelasin ke
mereka, kita hanya temenan. Ayo!”
“Nggak ah, aku tunggu di
mobil saja.”
“Ya sudah kalau itu mau lu.
Gue masuk.”
“Okay.”
Andrew mulai memasuki
warung mie ayam tersebut. Tak lama, Andrew kembali ke mobil.
“Kenapa balik? Nggak jadi
makan?”
“Gue sudah pesan, nanti
diantar ke sini. Gue nggak mungkin biarin lu sendirian di mobil. Oh, iya gue
juga pesan buat lu. Lu juga lapar ‘kan? Makanya gue pesankan juga.”
“Oh, gitu. Thanks, tapi
aku pinjam uang kamu dulu ya? Uangku hari ini habis.”
“Santai, mie ayam ini gue
yang traktir. Lu nggak usah bayar.”
“Oh, gitu. Thanks.”
Beberapa saat kemudian,
pesanan mie ayam diantar oleh karyawan warung tersebut.
“Ini pesanannya, Kak.
Selamat menikmati.”
“Terima kasih, Mang.”
Setelah karyawan warung itu
pergi, Andrew dan Anes pun mulai menyantap mie ayam tersebut. Hanya sekitar 15
menit, mereka selesai makan.
“Bagaimana mie ayamnya?
Enak?”
“Lumayan. Sekali lagi thanks
ya!”
“My pleasure, Nes.
Sekarang gue antar lu pulang.”
Andrew menjalankan mobilnya
menuju rumah perempuan itu. Selama perjalanan, tidak ada percakapan di antara
mereka. Keduanya hanya menatap ke arah depan. Pukul 14.05, mobil Andrew tiba di
tujuan.
“Sudah sampai, Nes.”
“Iya, aku juga tahu. Thanks,
sudah antar aku pulang.”
“Sama-sama. Gue juga senang
bisa antar lu pulang.”
“Sudah ya! Aku masuk dulu.”
“Okay.”
Anes turun dari mobil dan
segera memasuki gerbang rumahnya.
“Eh, Non Anes sudah pulang.
Pulang sama siapa, Non?”
“Taksi online, Pak
Baron.”
“Walah, baru tahu saya ada
taksi online pakai mobil mewah.”
“Ada, Pak. Katanya
iseng-iseng cari uang tambahan. Sudah ya, Pak. Saya permisi ke dalam dulu.”
“Oke, Non.”
Anes beranjak menuju
kamarnya. Sesampainya di kamar, ia langsung meletakkan tas sekolahnya pada
sandaran kursi.
“Tenyata dia nggak seburuk
yang aku kira. Memang kadang dia sangat menyebalkan, tapi dia bisa baik juga.
Apa dia beneran tobat jadi playboy atau hanya pura-pura tobat saja depan
aku? Ah, kenapa jadi mikirin dia? Bukan urusanku dia tobat beneran atau hanya
sekedar pura-pura.”
Tiba-tiba ponsel Anes
berbunyi. Ia mendapatkan pesan dari lelaki itu.
Andrew Brawijaya
Gue pulang ya! Gue bakal
jemput lu lagi besok. See you :) 14:08
“Nggak nyerah juga dia.
Bagaimana kalau Papa marah lagi? Dasar laki-laki keras kepala!”
Read 14:08 Terserah deh. Nggak kapok-kapok kamu. Nanti
Papa marah lagi.
Gue akan berjuang demi
cinta gue ke lu. 14:09
Read 14:10 Terserah deh.
Aku nggak peduli. Sudah ya! Aku mau mandi dulu.
Okay, Sayang. Mandi yang
bersih ya! ♥️ 14:10
Read 14:11 Aku bukan Sayangmu.
Berhenti panggil aku Sayang!
‘Kan calon nggak apa-apa
dong. Ya sudah, gue ganti deh. Mandi yang bersih ya, Calon Sayang! ♥️14:12
“Bener-bener ya? Dia
menyebalkan banget sih!”
Anes menaruh ponselnya di
meja belajar. Kemudian ia mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi.
Yeyyy 🥳🥳🥳 Update!!!!
ReplyDeleteSemangat terus dreeww
ReplyDeleteada sebuah progress.... alhamdulillah. 🙏🏻🙏🏻
ReplyDelete🤣🤣 Seru juga nih ceritanya
ReplyDelete