Andrew & Anes (Chapter 10)

Chapter 10 : Gue Nggak Akan Nyerah!

Bel masuk sekolah telah berbunyi 20 menit yang lalu. Andrew baru saja tiba di parkiran sekolah. Andrew pun bergegas menuju kelasnya. Andrew pun mengetuk pintu kelasnya yang terbuka.

“Permisi, Pak. Maaf, saya terlambat.”

Pak Pratikno yang semula sedang menjelaskan pelajaran Matematika berhenti sejenak dan menengok ke arah Andrew.

“Kenapa terlambat? Kena macet? Bangun kesiangan? Atau ada alasan lain?”

“Ban mobil saya kempes, Pak. Makanya saya ganti ban dulu.”

“Oh, gitu. Sudah lapor telat?”

“Sudah, Pak.”

“Ya sudah, silakan duduk. Baik, anak-anak kita lanjutkan pelajarannya. Tadi sampai mana?”

—oOo—

Pukul 09.00, bel istirahat berbunyi. Anak-anak SMA Nusantara mulai meninggalkan kelasnya masing-masing.

“Nes, kantin yuk!” ajak Jovita.

“Iya, Nes. Lu ngapain masih duduk di sini? Mending kita ke kantin.”

“Hmm, kalian duluan saja. Aku nyusul.”

Okay, jangan lupa nyusul.”

“Iya, Jov. Gue ada urusan bentar.”

Jovita dan Kevin berlalu. Tak lama, Anes beranjak dari tempat duduknya menyusul Andrew ke taman samping sekolah. Saat ini, pria itu sedang duduk sendirian.

“Andrew.”

“Ada apa?”

“Boleh aku duduk?”

“Hmm,” jawab Andrew singkat.

“Aku pikir kamu hari ini nggak akan masuk sekolah gara-gara kejadian tadi pagi. Aku minta maaf ya atas nama Papaku. Dia memang seperti itu dari dulu.”

“Gue nggak gitu. Gue nggak akan bolos sekolah hanya karena masalah pribadi. Gue memang kecewa, tapi it’s okay. Gue ngerti kenapa Papa lu bersikap seperti tadi ke gue. Lu nggak usah minta maaf.”

“Tapi aku jadi nggak enak sama kamu.”

It’s okay, Nes. Gue baik-baik saja. Gue akan buktiin ke ortu lu bahwa gue nggak akan nyerah kejar lu sampai dapat. Lu mau ‘kan berjuang bersama gue?”

“Jangan kepedean! Aku tetap nggak mau sama kamu. Kamu itu menyebalkan! Sudah ya! Aku pamit ke kantin.”

Anes pergi ke kantin.

“Hmm, gue yakin perasaan Anes ke gue sudah mulai berubah. Kenapa dia jadi perhatian kayak tadi ya? Nggak seperti biasanya. Biasanya, dia nggak pernah mau dekat-dekat gue. Ini mungkin sebuah pertanda. Anes sudah mulai luluh, berarti tinggal meluluhkan hati orang tuanya. Caranya gimana ya?”

Andrew pun mengambil ponselnya dan mulai melakukan pencarian Cara meluluhkan hati calon mertua pada kolom pencarian Google.

—oOo—

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Murid-murid kelas XI-IPS 2 mulai berhamburan keluar kelas setelah mengikuti pelajaran terakhir mereka, pelajaran Bahasa Indonesia.

“Aku duluan ya! Papa sudah nunggu di depan,” pamit Anes kepada ketiga sahabatnya, Jovita, Kevin, dan Julian.

Okay, Nes. Hati-hati di jalan.”

“Titip salam buat Om Andre.”

“Siap, nanti aku sampein, Kev. Bye!”

Bye, Nes.”

Anes berlalu dan segera menghampiri sang papa yang telah menunggu di parkiran. Sementara itu, Andrew hanya memerhatikan Anes dari kejauhan.

“Gue nggak akan nyerah, Nes. Gue akan buktikan itu.”

Beberapa saat kemudian, Andrew mendapatkan pesan dari Hardi, papanya.

Papa

Dre, kamu bisa jemput Tante Gita di bandara? Sekitar satu jam lagi pesawatnya tiba di Bandung. 13:45

13:46 Siap, Pa. Aku jemput Tante Gita sekarang.

To be continued...

©2022 By WillsonEP

Comments

Trending This Week 🔥🔥

📣 BESOK! Bisakah Aku Bahagia Eksklusif di KaryaKarsa

My Neighbor, My Lecturer (Chapter 8)