Andrew & Anes (Chapter 20)
Tak terasa, empat bulan
telah berlalu. Hari ini adalah hari keputusan apakah perjuangan Andrew selama
ini berhasil atau dinyatakan gagal untuk menjadi pacar Anes secara resmi. Bel
pulang sekolah berbunyi. Anak-anak SMA Nusantara baru saja menyelesaikan ujian akhir
semester mereka hari ke-4.
“Nes, kamu pacaran ya sama,
Andrew? Kapan jadiannya?” tanya Jovita penasaran.
“Nggak, Jov. Kami berdua
nggak jadian.”
“Masa? Kok akhir-akhir ini
kalian sering pulang bareng?”
“Sudah ah, jangan dibahas.
Kita berdua hanya temenan.”
“Papa dan Mama kamu memangnya
nggak marah?”
“Awalnya marah, tapi aku
sudah bilang ke mereka supaya nggak terlalu mengekang aku.”
“Oh, gitu.”
“Ya sudah, Jov. Aku pamit
dulu ya! Bye, Jov!”
“Okay, Nes. Aku juga
sudah ditungguin Julian.”
“Selamat bucin.”
“Aku nggak bucin, Nes!”
Anes berlalu meninggalkan
Jovita. Ia segera menuju parkiran menghampiri Andrew yang sudah berada di
mobil.
“Maaf, agak lama. Tadi toilet-nya
agak penuh.”
“Nggak apa-apa. Pulang
sekarang?”
“Iyalah, nanti Mama marah.”
“Oh, iya trial-nya
belum selesai. Beresnya kapan sih?”
“Hari ini. Tinggal tunggu
keputusan orang tuaku.”
“Hmm, hari ini?”
“Iya, kamu lupa?”
“Lupa, soalnya terlalu
menikmati banget.”
“Ya sudah, ayo jalan!”
Andrew melajukan mobilnya untuk
mengantar Anes pulang.
“Nes, ‘kan masa uji coba
kita berakhir hari ini. Nanti kalau gue berhasil, gue nggak langsung jadi pacar
lu ya?”
“Maksudnya?”
“Jadi kita nggak langsung
resmi pacaran. Tunggu gue datang ke lu dan nembak lu lagi.”
“Oh, gitu. Kenapa nggak
langsung saja?”
“Nggak romantis, masa tanda
tangan surat langsung jadi pacar. Gue nggak mau.”
“Ya, sudah. Aku tunggu
kamu, tapi jangan lama-lama. Takutnya Papa dan Mama berubah pikiran.”
“Iya.”
Beberapa saat kemudian,
mereka tiba di tujuan.
“Andrew, kamu disuruh masuk
dulu sama Mama.”
“Masuk? Ngapain?”
“Nggak tau. Mungkin mau
bahas keputusan?”
“Oh, gitu. Ya, sudah ayo
masuk!”
Mereka pun mulai memasuki
rumah Anes. Begitu masuk, mereka berdua melihat Andreas dan Dewi sudah berada
di ruang tamu.
“Akhirnya kalian datang
juga. Gimana ujiannya lancar?” tanya Andreas.
“Lancar, Pa. Papa kok di
rumah?”
“Andrew bagaimana? Ujiannya
lancar?’
“Lancar, Om.”
“Puji Tuhan. Sekarang
kalian duduk. Saya akan bahas keputusan hubungan kalian.”
Tanpa berkomentar, Andrew
dan Anes pun duduk di sofa yang sama.
“Silakan, Ma. Sampaikan
keputusannya.”
“Siap, Pa. Okay, berdasarkan
persyaratan yang telah dijalani oleh Andrew selama ini maka Andrew dinyatakan…”
“Tunggu dulu, Tante,”
potong Andrew.
“Ada apa, Andrew?”
“Saya izin ke toilet sebentar.
Kebelet nih.”
“Okay, silakan.”
Andrew beranjak dari tempat
duduknya.
“Ah, nggak bisa dilanjut
aja, Ma? Anes penasaran nih.”
“Nggak bisa, Sayang. Kita
tunggu Andrew sebentar ya!”
Tak lama, Andrew kembali.
“Sudah bisa dilanjutkan
Andrew?”
“Bisa, Tante. Maaf, tadi
kepotong.”
“Tidak apa. Baiklah, kita
lanjutkan. Berdasarkan persyaratan yang telah dijalani oleh Andrew selama ini
maka Andrew dinyatakan lulus uji coba dan diperbolehkan untuk melanjutkan
hubungannya menjadi resmi.”
“Saya lulus, Om, Tante?”
“Iya, Andrew. Selamat ya!
Kalian bisa lanjutkan hubungan kalian secara resmi. Untuk peresmiannya, itu
terserah kamu, Drew. Nggak langsung pun tidak apa. Barangkali kamu mau mempersiapkannya
dulu, tapi ingat jangan gantung anak Om lama-lama.”
“Okay, Om. Terima
kasih sudah mengizinkan saya pacaran sama Anes. Andrew janji akan menjaga Anes
dengan baik. Anes, kita sudah boleh pacaran… Ini nggak mimpi ‘kan?’”
“Nggak, Drew. Ini bukan
mimpi.”
“Om, Tante, sekarang saya
boleh peluk Anes nggak?”
“Peluk? Boleh, silakan.”
Setelah mendapat izin,
Andrew pun langsung memeluk Anes dengan hangat.
“Nes, gue janji bakal jadi
pacar yang baik buat lu. I love you.”
“I love you too.”
The end.
©2022 By WillsonEP
Congrats 🎉🎉🎉🎉🎉 ditunggu update Little Parents-nya thorrr
ReplyDelete