Mata Batin I Can See You: Chapter 1
Chapter 1
Lucas Levandra, seorang remaja
berusia 18 tahun yang terlahir memiliki kemampuan dapat melihat dan
berinteraksi dengan alam gaib. Biasanya kita menyebut kemampuan ini dengan
sebutan mata batin. Kemampuan ini hampir dimiliki seluruh keluarga Lucas. Saat
ini, Lucas dan Levandra —sang papa— sedang menyekar makam Ann Devi, ibu kandung
Lucas yang baru saja meninggal dua minggu lalu.
“Cas, hari sudah semakin
siang. Kita harus berangkat ke Bandung sekarang.”
“Bisa sebentar lagi nggak, Pa?
Aku masih mau di sini.”
“Ya sudah, take your time.
Jangan lama-lama. Takutnya kita kesorean sampai di Bandungnya. Papa duluan ke
mobil ya!”
“Okay, Pa.”
Levandra berlalu meninggalkan
Lucas sendirian.
“Ma, Lucas pamit ke Bandung ya!
Aku, Papa, Bi Inah, dan Pak Widi akan pindah ke rumah lama kita. Mama nggak
perlu khawatir, aku dan Papa nggak akan melupakan Mama begitu saja. Kapan-kapan
kita akan ke sini lagi.”
Lucas memeluk nisan sang mama
selama beberapa saat. Setelah itu, ia segera menyusul papanya ke parkiran. Lucas
pun segera masuk ke mobil Fortuner berwarna putih milik Levandra.
“Sudah, Cas? Bisa kita
berangkat sekarang?”
“Sudah, Pa. Kita bisa
berangkat sekarang.”
“Oh, iya, Bi, semua sudah
dibawa ‘kan? Nggak ada ketinggalan? Saya mau memastikan semuanya.”
“Sudah, Tuan. Semuanya sudah Inah
siapkan dan dijamin nggak ada yang ketinggalan.”
“Bagus itu. Pak Widi, sekarang
kita jalan ya menuju Bandung.”
“Baik, Tuan.”
Mobil yang ditumpangi mereka
berempat bergerak meninggalkan parkiran pemakaman. Selang beberapa menit, mobil
mereka mulai memasuki tol, bergerak menjauhi Jakarta. Sepanjang perjalanan,
Lucas hanya diam tak bersuara sambil memerhatikan mobil-mobil yang bergerak
cepat dari arah berlawanan dari kaca jendela di sampingnya.
“Ma, kok mobil di jalan
sebelah jalannya cepat banget ya? Nggak kayak mobil kita jalannya lambat.”
Sang mama tersenyum.
“Mobil di sebelah kurang lebih
sama kok jalannya kayak mobil kita, Sayang. Itu hanya ilusi mata kita. Nanti
waktu kamu sudah besar akan tahu alasannya.”
“Oh, gitu. Lucas senang deh
liatnya.”
“Cas, kamu baik-baik saja?”
tanya Levandra khawatir.
“Lucas tiba-tiba keingat Mama.
Lucas rindu sama Mama. Kenapa Mama pergi secepat ini?”
“Ini sudah takdir, Cas.
Sekarang, lebih baik pejamkan matamu. Istirahat. Kalau sudah sampai di Bandung,
nanti Papa bangunkan.”
“Okay, Pa.”
Lucas memejamkan matanya.
Namun, ia memilih untuk tidak tidur. Ia sibuk memfokuskan pikirannya mencoba
untuk berkomunikasi dengan mamanya.
Ma, aku kangen sama Mama.
Bisakah aku ngobrol sebentar saja?
Usaha Lucas sia-sia. Lucas
memang memiliki kemampuan mata batin, tetapi ia tidak dapat mengatur siapa saja
yang dapat ia lihat, kecuali jika memang makhluk-makhluk kasat mata itu yang
menampakkan dirinya. Dua jam perjalanan, mereka tiba di rumah lama yang
berlokasi di Setraduta Residence, perumahan yang cukup terkenal di
Bandung. Mereka mulai membereskan barang-barang dan menatanya. Dua jam berlalu,
mereka akhirnya selesai menata barang-barang.
Setelah itu, mereka beranjak
ke kamar masing-masing. Lucas masuk ke kamar. Ia langsung membaringkan dirinya
di tempat tidur. “Akhirnya beres juga. Sekarang waktunya istirahat sejenak.”
Tak lama, ia pun tertidur lelap.
Waktu telah menunjukkan pukul
lima sore. Lucas baru saja terbangun setelah terlelap kurang lebih dua jam. Ia
terbangun karena mendengar suara tangisan seorang perempuan dari arah kamar mandi.
Tak hanya itu, ia pun mendengar suara shower mengalir deras. Lucas yang
penasaran memutuskan untuk mengeceknya.
Lucas membuka pintu kamar
mandi perlahan. Ia hanya menemukan shower yang mengalir deras tanpa ada
sosok perempuan yang suaranya sangat terdengar jelas. Ia pun segera mematikan
kran tersebut.
“Please, jangan iseng.
Aku nggak akan ganggu. Ini rumahku.”
Setelah kejadian itu, ia
kembali ke kamar untuk mengambil pakaian karena ia hendak mandi sore.
—oOo—
Sekitar pukul dua dini hari,
Lucas kembali mendengar suara tangisan perempuan dari arah kamar mandi. Namun,
Lucas memilih untuk tidak menanggapi suara tersebut. Ia memang sudah terbiasa
mendengar suara-suara seperti ini bahkan gangguan yang lebih parah.
“Aku mau tidur, besok sekolah
pagi. Please, jangan ganggu! Kalau mau kenalan, besok pagi saja.”
Lucas kembali menarik
selimutnya yang sempat tertendang olehnya. Setelah itu, ia memejamkan matanya
hingga ia kembali tertidur pulas. Pukul lima pagi, Lucas bangun. Ia segera
beranjak menuju kamar mandi untuk melakukan rutinitas paginya. Hari ini adalah
hari pertamanya bersekolah di sekolah baru.
Selang 15 menit, ia selesai
mandi. Ia keluar dengan balutan handuk ditubuhnya dan segera beranjak mengambil
seragamnya di lemari. Saat hendak mengambil seragamnya, ia sedikit terkejut
melihat sosok perempuan berdaster putih sedang duduk menangis dalam lemari.
“Who are you ?” tanya
Lucas pada gadis itu.
“You can see me ?”
“Yes, I can see you.”
“Akhirnya ada yang bisa lihat
aku.”
“Kamu ngapain di dalam
lemariku?”
Perempuan itu tak menjawab. Ia
terus saja menangis.”
“Ya sudah, kalau kamu belum
mau cerita. Sekarang kamu bisa pergi. Aku mau ambil seragam di lemari ini. Kamu
menghalangi,” usir Lucas dengan berani.
Lucas memang pemberani sejak
kecil. Ia sama sekali tidak takut dengat makhluk-makhluk yang dilihatnya. Bisa
dibilang mereka adalah teman-teman bermain yang seru. Ia selalu memegang
prinsip, buat apa takut dengan setan, jin, makhluk halus, dan sebagainya. Kalau
kita berani, mereka tidak mungkin berani mengganggu. Tak lama, sosok perempuan
itu menghilang. Lucas pun melanjutkan aktivitasnya. Setelah berpakaian, ia pun
turun untuk sarapan bersama papanya.
To be continued...
©2022 By WillsonEP
Penasaran... Malem-malem nemu cerita gini seru 🔥🔥 Ditunggu nextnya
ReplyDelete