Julian & Jovita [NV] (Chapter 10)
Sehabis
dari rumah sakit, aku diantar pulang oleh Kevin. Aku tiba di rumah sekitar
pukul 17.00.
“Bi,
Jovita pulang.”
“Eh,
Non Jovita sudah pulang. Kok baru pulang jam segini Non? Pulang sore, Non?”
“Nggak,
Bi. Tadi Jovita ke rumah sakit dulu. Jenguk Julian. Dia sakit, Bi.”
“Oh,
Den Julian sakit. Sakit apa, Non?”
“Demam
berdarah, Bi. Oh iya, Mama sama Papa mana belum pulang?”
“Mereka
berdua ke luar kota, Non. Katanya ada keperluan. Baru saja beberapa menit lalu
pergi.”
“Keperluan
apa, Bi?”
“Bibi
juga kurang tahu.”
“Oh
gitu, Bi. Jovita ke kamar dulu ya! Mau mandi.”
“Bibi
juga permisi ke dapur, mau masak buat malam.”
“Oke,
Bi.”
Aku
masuk ke kamar dan segera mandi. Setelah mandi aku memutuskan mengerjakan PR
Matematika dulu sebelum makan malam. Jumlahnya tidak banyak, hanya lima soal.
Kurang dari 15 menit, aku berhasil menyelesaikan PR tersebut. Setelahnya, aku
turun untuk makan malam.
“Selamat
makan, Bi. Bi Irma makan di sini juga ya? Temani aku. Aku nggak bisa makan
sendirian.”
“Ya
sudah, Bibi temenin.”
“Makasih,
Bi. Kenapa ya Papa dan Mama sering banget pergi? Nggak pernah bilang-bilang
lagi ke aku.”
“Mungkin
Tuan dan Nyonya lagi sibuk banget, Non. Jadi nggak sempat bilang.”
“Masa
sih nggak sempat? Aku ini putri mereka satu-satunya, Bi. Aku kesepian.”
“Yang
sabar ya, Non. Bibi tahu, Non Jovita kesepian. Gimana kalau telepon Non Anes?
Suruh nginep di sini. Biar Non ada temennya.”
“Kayaknya
nggak bisa, Bi. Anes lagi bantu orang tuanya.”
“Ya
sudah, kita lanjut makannya.”
Aku
dan Bibi Irma memulai makan malam kami. Bibi Irma telah bekerja di rumahku
sejak aku masih kecil. Aku sudah mengganggap dia seperti keluarga sendiri. Dia
selalu menemani aku ketika mama dan papa pergi bekerja. Setelah selesai, aku pamit
ke kamar.
“Bi,
aku ke kamar dulu ya!”
“Ya
sudah, Non Jovita naik saja. Piring kotornya biar Bibi saja yang cuci.”
“Makasih,
Bi.”
Aku
meninggalkan ruang makan dan masuk ke kamarku. Aku berbaring di tempat tidur
sambil menatap langit-langit kamar. Papa dan Mama kenapa nggak kasih tahu kalau
mau keluar kota? Aku jadi kesepian di rumah. Tiba-tiba saja ponselku berbunyi
dan ternyata itu pesan dari Julian.
Julian
Steve Ananta
Yesterday
Read
18:24 Julian, sekali lagi, Happy Birthday ya!! Panjang umur, sehat selalu, GBU😉.
Read
18:25 Kamu udah tidur ya?
Read
18:25 Pasti kamu kecapean.
Read
18:26 Selamat tidur, Julian!
Today
Read
04:32 Selamat pagi, Julian!
Maaf,
baru pegang hp lagi. Tadi Papaku, habis dari rumah membawa keperluanku selama
di rumah sakit. 18:47
Makasih
atas ucapannya😊 18:48
Read
18:48 Sama-sama. Gimana kondisi kamu sekarang?
Udah mendingan,
kan tadi dijenguk kamu.🤣Kayaknya
bentar lagi juga sembuh. 18:52
Read
18:52 Becanda aja kamu mah😆
Aku
serius, kamu adalah obatku.🤣🤣🤣 18:54
Oh
iya, besok jenguk aku lagi? 18:56
Read
18:57 Iya atuh,kan kamu sahabat aku. Kenapa gitu?
Sip👍🏻, biar
aku cepet sembuh. 19:00
Read
19:00 Dasar😆😆😆 Emang
aku obat apa?
Iya,
kan tadi aku udah bilang. 19:02
Rasa kesepian ini hilang ketika mendapat pesan dari kamu, Julian. Makasih telah menemani aku dari rasa kesepian ini. Aku melanjutkan chat dengan dia hingga pukul 8 malam. “Selamat malam, Julian. Cepat sembuh ya!” ketikku menutup percakapan.
// Jovita’s point
of view (POV) end.
Bersambung... ©2023 WillsonEP
Ceritanya agak beda ya? tapi seruan yang versi baru
ReplyDeletekalimatnya lebih smooth
ReplyDelete🤭🤭🤭🤭🤭 Jovita obat Julian
ReplyDelete😂😂😭😭
ReplyDeleteGombalnya aduh 😂😂🤭Ngakak pisannn
ReplyDeleteJadi nggak kesepian ya Jovvv
ReplyDelete