Julian & Jovita [NV] (Chapter 12)
12. Kembali Bersekolah
Hari ini tanggal 22 Juli 2019. Hari di mana
aku kembali bersekolah setelah dirawat di rumah sakit karena DBD. Saat ini, aku
sedang menikmati jam istirahat bersama Jovita, Anes, dan Kevin di kantin. Kali ini
kami memilih nasi goreng untuk kami santap. Tak lama, nasi goreng pesanan kami diantar.
“Silakan, ini nasi gorengnya.”
“Terima kasih, Bu.”
Kami pun mulai menyantap nasi goreng
yang telah dihidangkan.
“Eh, guys! Gue baru bikin Youtube
channel nih,” ujar Kevin.
“Wah, serius? Memangnya kamu mau bikin
konten apa?” tanya Jovita.
“Macam-macam. Rencananya sih gue mau
bikin vlog keseharian gue, kuliner, wisata, dan lain-lain. Kalian subscribe
ya? Please,” mohon Kevin.
Aku hanya menyimak sambil tetap melanjutkan
makanku.
“Memangnya namanya channel-nya
apa? Aku subscribe sekarang deh,” respon Anes.
“Kevin Christian Official namanya.”
“Tidak ketemu ah. Kirim link-nya
saja di grup.”
“Oke, gue kirim ke grup link-nya.”
“Sudah, aku subscribe ya!” ujar
Jovita.
“Aku juga sudah,” tambah Anes.
“Julian, lu sudah?” tanya Kevin padaku.
“Nanti aku subscribe, tenang
saja,” jawabku santai sambil melanjutkan memakan nasi goreng yang sudah hampir
habis.
“Oh iya, kalian tidak lanjut makannya?
Sudah mau bel.”
“Eh, iya. Gue sampai lupa.”
Mereka pun melanjutkan makannya. Tak
lama, bel istirahat telah berbunyi.
“Yah, ga habis,” gerutu Kevin.
Setelah kami membayar makanannya, kami
kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya. Beberapa jam kemudian. Bel
pulang sekolah telah berbunyi. Aku segera melangkahkan kaki menuju parkiran. Di
parkiran, aku melihat Jovita sedang sibuk dengan ponselnya.
Kuputuskan untuk menghampiri Jovita.
“Hai, Jovita. Kamu belum dijemput?”
“Eh, Julian. Hari ini aku nggak dijemput,
biasa naik ojol. Ini aku baru saja mau pesan.”
“Nggak usah pesan. Kita bareng gimana? Aku
antar kamu pulang.”
“Apa tidak merepotkan?”
“Nggak repot kok. Lagian rumah kita searah
juga.”
“Ya sudah, aku ikut.”
“Ini pakai helmnya.”
“Thankyou, Julian.”
Jovita menaiki motorku.
“Sudah siap? Kamu nggak pegangan? Nanti
kamu jatoh.”
“Pegangan? Memangnya boleh?”
“Tentu. Daripada kamu jatoh.”
“Oke, deh.”
Jovita mulai memegang bahuku sebagai tempat
pegangan. Kuraih tangannya dan segera mengarahkannya untuk memelukku.
“Maksudku begini pegangannya. Kalau di bahu,
kamu bisa jatoh, Jovita.”
“Oh, gitu. Oke, deh.”
Aku segera melajukan motorku menuju rumah
Jovita. Aku senang bisa mendapat kesempatan untuk membonceng Jovita hari ini. Jovita
telah mengubah hidupku jadi lebih berwarna. Sepertinya memang aku sudah jatuh cinta
dengannya sejak pertama kali kami bertemu di koridor sekolah. Apa aku nyatakan perasaanku
padanya sekarang ya?
Kupelankan laju motorku agar aku bisa mengobrol
dengan Jovita.
“Jov, aku mau bicara sama kamu. Apa bisa?”
“Apa? Kamu ngomong apa? Anginnya terlalu
kencang, Julian.”
“Nggak jadi, Jov.”
“Oke, deh.”
30 menit perjalanan, kami tiba di tujuan.
“Sudah sampai, Jovita.”
“Thankyou, Julian.”
Jovita turun dari motorku. Ia segera membuka
helm yang ia kenakan dan memberikannya padaku.
“Ini helmnya. Oh, iya tadi kamu ngomong
apa?”
“Hmm… nggak jadi, Jov.”
“Oh, gitu. Habis tadi anginnya kencang banget.
Suara kamu nggak jelas.”
“It’s okay. Aku juga lupa aku mau
ngomong apa. Ya sudah, aku pulang dulu. Kamu masuk.”
“Nanti, aku masuk setelah kamu pulang.”
“Ya, sudah. Aku jalan ya! Bye, Jovita.
Sampai jumpa besok.”
“Bye, Julian.”
Bersambung... ©2023 WillsonEP
Comments
Post a Comment