Julian & Jovita [NV] (Chapter 17)
17. Resmi Berpacaran
// Jovita’s point
of view (POV) start.
“Jujur
sejak pertama kali bertemu denganmu, aku langsung jatuh cinta. Rasa cinta ini
semakin besar ketika aku mengenalmu lebih dalam. Jovita, will you be my
girlfriend?”
Apakah
ini mimpi? Serius Julian menembak aku? Ah, akhirnya Julian menyatakan
perasaannya juga. Tak butuh waktu lama, aku segera menjawab pertanyaannya.
“Yes,
I will to be your girlfriend, Julian.”
“Yes,
aku diterima! Thankyou, Jovita. I love you.”
“I
love you too, Julian. Nggak usah teriak-teriak, Julian. Nanti masnya
dengar. Oh, iya kok kafe ini sepi? Kamu booking satu kafe?”
“Hmm…
nggak. Mungkin kebetulan lagi sepi saja. Biasanya rame kok.”
“Oh,
gitu.”
Julian
tidak berbohong. Tak lama, pengunjung yang lain mulai berdatangan memenuhi kafe
ini. Beberapa saat kemudian pesanan kami tiba.
“Jov, kita
foto dulu ya?”
“Boleh.”
“Mas
bisa tolong fotoin kita berdua?”
“Bisa,
Pak. Satu, dua, tiga. Sekali lagi, satu, dua, tiga.”
“Makasih
ya, Mas!”
“Sama-sama,
Kak. Saya permisi dulu. Selamat menikmati.”
Kami
pun mulai menikmati pesanan yang telah dihidangkan. Ternyata steak-nya
enak seperti yang diucapkan oleh Julian. Ditambah bumbu mushroom yang meresap
ke dalam daging menambah kenikmatan. Sekitar 20 menit, kami berhasil
menghabiskan 300 gram daging masing-masing. Tiba-tiba saja Julian mengajakku
memakan zupa soup yang belum dimakan sama sekali.
“Steak-nya
sudah habis. Sekarang kita makan zupa soup-nya.”
“Bukannya
zupa soup-nya hanya satu, Julian?”
“Iya,
aku tahu. Kita makannya satu berdua biar romantis. Kamu nggak keberatan ‘kan?”
“Hmm…
boleh juga. Aku sama sekali tidak keberatan.”
“Oke,
sekarang kamu dulu yang makan. Biar aku yang suapi.”
Julian
mulai menyuapi soup beserta rotinya. Ah, bahagianya! Kami pun mulai
bergantian saling suap-suapan hingga tak terasa zupa soup-nya habis.
Yah, kok cepat banget sih habisnya? Padahal aku masih mau suap-suapan sama
pacarku, masih belum puas.
Setelah
semua pesanan kami habis, Julian pamit ke kasir untuk membayar semuanya. Aku
disuruh menunggu di meja hingga Julian kembali.
“Yuk,
pulang!” ajak Julian sambil kembali menggandeng tanganku.
“Yuk!”
Kami
keluar dari kafe tersebut dan kembali ke mobil.
“Jovitaku…”
panggil Julian padaku sambil senyum-senyum.
“Kamu
panggil aku apa? Jovitaku?”
“Iya,
Jovitaku. Nggak apa-apa ‘kan aku panggil kamu dengan panggilan itu? Sekarang
‘kan kamu punya aku.”
“Hmm…
boleh nggak ya? Boleh deh, Julianku.”
“Yes,
sekali lagi makasih ya kamu sudah terima aku jadi pacar. Aku senang banget. Aku
janji akan jaga kamu dan bikin kamu bahagia.”
“Iya,
Julianku. Aku pegang janji kamu. Sekarang kita pulang?”
“Iya,
langsung pulang saja ya? Aku takut Om Jovan marah sama aku kalau terlalu lama
bawa putrinya.”
“Gimana
tadi ketemu Papa? Dia galak ‘kan?”
“Iya,
galak sampai aku tegang banget menghadapinya.”
Aku
terkekeh mendengarnya.
“Tegang
banget ya? Tapi kamu bisa menghadapinya ‘kan?”
“Puji
Tuhan. Aku bisa menghadapi calon papa mertua. Ternyata dia baik kok, nggak
galak. Kamu kok bilang papamu galak?”
“Maaf
ya! Ini semua memang permintaan papa. Sengaja biar aku aman dari orang-orang
yang berniat nggak baik. Kamu nggak marah ‘kan?”
“It’s
okay, Jovitaku. Kita pulang sekarang ya?”
“Oke.”
Julian
menjalankan mobilnya. Selama perjalanan, Julian kembali mengeluarkan
gombalan-gombalan romantisnya. Aku sama sekali nggak menyangka dia bisa
seromantis ini. Sesekali kutanya mengenai gombalannya, apakah ia ambil dari
internet? Dia menjawab, “Hanya sedikit kok. Hanya lihat, pahami, dan
modifikasi.”
Tak
terasa, kami telah tiba di rumahku. Julian mengantarku hingga masuk untuk
mengembalikanku pada papa dan mama katanya.
“Ma,
Pa, aku pulang!”
“Eh,
anak Papa sudah pulang. Kok keliatannya senang banget nih?” tanya papa.
“Iya,
ya kok muka anak kita ceria banget,” lanjut mama
“Ada
deh, nanti aku ceritakan.”
“Om,
Tante. Terima kasih ya sudah mengizinkan saya pergi sama Jovita hari ini.
Karena Jovita sudah saya antarkan pulang dengan selamat, saya izin pamit dulu.”
“Baiklah,
terima kasih sudah menjaga putri saya dengan baik,” respon papa.
“Iya,
makasih ya, Julian,” tambah mama.
“Sama-sama,
Om, Tante. Jovita aku pamit ya!”
“Iya.
Hati-hati di jalan, Julian.”
Julian
kembali ke mobilnya dan segera meninggalkan halaman rumahku.
“Oh
iya, tadi pertanyaan Papa belum kamu jawab. Kamu kenapa keliatan senang banget?
Kalian berpacaran?”
“Kok
Papa tahu sih? Iya, tadi Julian nembak aku. Romantis banget.”
“Ya,
kelihatan dari senyumanmu, Jovita. Oh, iya dia orangnya romantis? Tapi dia nggak macam-macam ‘kan tadi?”
“Nggak
sama sekali. Julian orangnya baik, Pa, Ma.”
“Iya, Mama
bisa lihat Julian memang anak yang baik, tapi kamu harus tetap hati-hati ya?
Tetap perhatikan batasan-batasan.”
“Siap,
Ma. Jovita akan tetap berhati-hati.”
“Cie,
cie. Anak kita sudah besar ternyata.”
“Iya,
Ma. Papa juga nggak nyangka banget sekarang anak kita sudah punya pacar. Ya
sudah, sekarang kita masuk?”
“Oke.”
Kami
masuk ke dalam rumah. Aku langsung pamit ke kamar untuk beristirahat.
Tiba-tiba
aku mendapat notifikasi Instagram. “Julian nge-tag aku?”
Aku
membuka postingannya. “Ternyata foto yang tadi sudah dia di share.”
juliansteveananta
[[INI
FOTO YA]]
Liked
by kevinchristian2411 and others
Juliansteveananta
Officialy
J&J berpacaran! ππ₯
17
August 2019π
#JulianandJovita
#17August2019
View
all 9 comments
kevinchristian2411 Ciee
selamat untuk kalian berdua @jovitaputri2508 @juliansteveananta
steveananta_ Selamat anakkuπ
2 minutes ago
Aku
langsung memberikan komentar pada postingan tersebut.
“Thanks
for today, Julianπ”
ketikku.
// Jovita’s point
of view (POV) end.
Bersambung... ©2023 WillsonEP
π₯³π₯³Congrats, kalian! Julianku, Jovitaku, love untuk kaliannnn π₯°π₯°❤️❤️
ReplyDeleteYey, up lagi! setiap hari kutunggu
ReplyDeleteDitunggu nextnya
ReplyDeleteCongrats kalian!!! π₯°π₯°
ReplyDeleteAku share ke temen-temen sekolahku ah.. ceritanya seru abis!!
ReplyDeleteCongrats kalian!
ReplyDeleteSeru ceritanya
ReplyDelete