Julian & Jovita [NV] (Chapter 7)
7. Ulang Tahun Julian
//
Julian's point of view (POV) start.
Hari
ini tanggal 17 Juli 2019, umurku genap berusia 18 tahun. Seperti biasa aku
bangun pukul 04.00 pagi. Meskipun pagi ini aku merasa sedikit tidak enak badan,
aku memutuskan untuk tetap berangkat sekolah. Sebelum mandi, aku mengecek
ponselku terlebih dahulu, tidak ada notifikasi apa-apa. Ternyata belum ada
ucapan yang masuk.
Apa
tidak ada yang ingat dengan hari ulang tahunku? Ah, mungkin mereka belum bangun.
Aku memutuskan untuk mandi dulu. Julian kamu harus kuat ya! Ini hari ulang
tahunmu, kamu tidak boleh sakit.
Selesai
mandi, kupakai seragamku dan kuperiksa kembali buku-buku yang telah kubereskan kemarin
malam. Semuanya sudah lengkap. Kulirik jam masih menunjukkan pukul 04.30. Hmm…
masih terlalu pagi. Aku memutuskan untuk melihat-lihat sosial mediaku.
Beberapa
saat kemudian, beberapa pesan ucapan ulang tahun mulai memenuhi daftar pesan. Ternyata
ada pesan dari Opa Ananta, kakekku yang tinggal di Lombok.
Dear
Julian,
Happy
Birthday ya, cucu kesayangan Opa. Wish you all the best! GBU Kapan main lagi ke
Lombok? Libur sekolah main ke rumah ya? 04:30
04:32
Thankyou, Opa😘 GBU too. Opa apa kabar? Opa sehat ‘kan?
Nanti pas libur sekolah Julian usahain ke Lombok sama Papa dan Maka.
Opa sehat Julian. Oke, Opa tunggu. Kenapa
kamu nggak sekolah di sini saja sih, Julian? Opa ‘kan mau dekat sama kamu.
04:34
04:35
Maaf, Opa. Julian lebih betah di Bandung. Di Lombok panas. Opa kapan main ke
Bandung?
Opa usahain secepatnya ya! Sekalian Opa mau
pantau Ananta Hotel yang di Bandung dan tentunya ketemu cucu kesayangan Opa.
See you! 😘 04:37
04:37
Oke, Opa. Ditunggu kedatangannya. Julian kangen sama Opa. Padahal baru bulan
lalu ketemu.😔
Sabar ya, mungkin next week Opa ke Bandung.
04:40
04:41
Beneran Opa? Opa ke Bandung minggu depan?
Iya, Opa usahain. Oh, iya Julian nggak
sekolah? Sudah sarapan belum? Nanti telat loh. 04:43
04:43 Sekolah
dong, Opa. Belum, Opa. Di sini masih jam 04.43.
Oh, iya Opa lupa di sini udah mau jam enam
soalnya. 😀 Ya sudah, sarapan dulu sana. Nanti kita
kontak-kontak lagi lain waktu. 04:50
04:50
Oke, Opa.❤️
Sekitar
pukul 05.00, aku turun dan menuju meja makan.
“Pagi,
Sayang, kamu sudah rapi saja, sini makan dulu,” ajak mama.
“Oke,
Ma.”
“Bagaimana
sekolahnya, Nak? Lancar?” tanya papa.
“Ya,
gitu deh, Pa. Puji Tuhan lancar. Oh, iya tadi Opa kontak Julian. Katanya minggu
depan Opa mau ke Bandung.”
“Oh,
iya? Opa apa kabar, Julian?”
“Kabarnya
baik, dia sehat-sehat.”
“Puji
Tuhan. Ya sudah, kita mulai sarapannya.”
Kami
pun memulai sarapan. Saat sedang melahap sarapan, tiba-tiba papa mengajukan pertanyaan
yang membuatku tersedak.
“Kamu
sudah punya pacar belum, Jul?”
“Belum,
Pa. Papa mah bikin aku keselek saja.”
“Ya
maaf, masa anak Papa yang ganteng ini belum punya pacar.”
“Belum,
Pa. Kayaknya bentar lagi.”
“Cie,
cie, sama yang kemarin-kemarin pergi sama kamu? Siapa ya? Jovita?” tanya mama
menggoda.
“Sudah
ah, aku pamit dulu ya, Ma, Pa!”
“Oh,
iya Mama nitip belanja ya ke supermarket! Nanti listnya Mama kirim.”
“Oke.”
Aku
meninggalkan ruang makan dan segera menaiki mobilku untuk menghindari
pertanyaan-pertanyaan yang lebih dalam. Kenapa aku harus bilang bentar lagi?
Memangnya kamu sudah yakin Julian? Jovita mau sama kamu? Percaya diri sekali
kamu, Julian?
Soal
ulang tahun, kenapa papa dan mana juga tidak ingat? Tahun-tahun sebelumnya
mereka tidak pernah lupa. Ah, sebenarnya apa yang terjadi di hari ini? Baru Opa
dan saudara-saudara lainnya yang mengucapkan.
30
menit kemudian, aku tiba di sekolah. Waktu masih menunjukkan pukul 05.45. Aku
turun dari mobil dan langsung menuju kelas. Pintu kelas ternyata masih dikunci.
Akhirnya aku memutuskan untuk duduk di kursi depan kelas. Tak lama, Pak Yanto,
petugas kebersihan datang untuk membuka pintu kelas.
“Eh,
Nak Julian, sudah datang rupanya. Pagi amat, Nak.”
“Iya
nih, Pak Yanto, datangnya kepagian.”
“Oh,
gitu. Ya sudah, Bapak permisi dulu ya mau buka kelas yang lainnya.”
“Oke,
Pak.”
Setelah
Pak Yanto pergi, aku memasuki kelas. Aku duduk dan kembali melihat ponselku,
kok sampai saat ini belum ada notifikasi dari teman-teman yang lain ya? Apa
mungkin mereka ingin mengucapkan secara langsung?
//
Julian's point of view (POV) end.
// Jovita’s point
of view (POV) start.
Hari
ini tanggal 17 Juli 2019. Hari ini adalah hari ulang tahun Julian. Khusus hari
ini, aku tidak mengirimi Julian pesan. Biasanya hampir setiap hari kami berdua
saling mengirim pesan.
Sekitar
pukul 06.00 aku tiba di sekolah. Sebetulnya aku hendak tiba di sekolah agak
siangan agar tidak ada kesempatan untuk mengobrol banyak dengan Julian. Namun,
karena keadaan yang mengharuskan aku tiba di sekolah jam segini ya terpaksa aku
ikuti. Maklum saja jarak kantor papa dan mama lumayan jauh dari rumah. Ternyata
Julian sudah berada di kelas.
Apa
yang harus aku lakukan? Apa aku harus mendiamkan dia? Atau sapa dia? Sapa saja
lah biar dia nggak telalu curiga.
“Selamat
pagi, Julian.”
“Pagi,
Jov! Hari ini hari apa ya? Aku lupa.”
“Hari
Rabu, Julian.”
“Oh,
iya. Kok aku bisa lupa.”
Hmm…
sepertinya dia mau mengujiku apakah aku ingat dengan ulang tahunnya. Aku ingat
kok, Julian, tapi maaf aku nggak bisa ucapin sekarang. Setelah obrolan tersebut,
Julian kembali sibuk dengan ponselnya. Syukurlah dia tidak banyak tanya. Kalau
sampai dia banyak tanya, aku harus jawab apa?
Enam
jam kemudian, bel pulang sekolah berbunyi. Kulihat Julian langsung menuju ke
parkiran. Sepertinya dia mau ke supermarket sesuai rencana kami. Sesuai
rencana, aku, Anes, dan Kevin bergegas pergi ke rumah Julian untuk mempersiapkan
pesta kejutan sesuai rencana yang telah dibuat.
// Jovita’s point
of view (POV) end.
//
Julian's point of view (POV) start.
Sepulang
sekolah aku langsung mampir ke supermarket untuk membeli pesanan mama. Aku
membuka daftar pesanan yang mama kirimkan.
Mama
List
belanja
1 btl
Coca-Cola besar
1 btl
Sprite besar
3 klg
Kong Guan
1 btl
Clear Men
1 btl
Zinc
2 kg
Telur ayam negeri
10 pcs
Indomie goreng
10 pcs
Indomie kari ayam
3 pcs
Sunlight
3 bks Rinso
… (masih
banyak lagi)
Apa
ini nggak salah? Kok belanjaannya banyak gini bukannya ini sudah tengah bulan
ya? Seharusnya nggak perlu belanja sebanyak ini lagi. Setelah semuanya lengkap,
aku langsung menuju kasir.
“Totalnya
jadi 535 ribu.”
“Bayarnya
pake debit ya, Mba!” jawabku.
“Ini struknya.
Terima kasih telah belanja di Star Supermarket. Semoga datang kembali.”
“Sama-sama.”
Waktu
telah menunjukkan pukul 14.30. Aku segera membawa belanjaan ke dalam mobil. Akhirnya
selesai belanja. Kenapa Mama tiba-tiba menyuruhku belanja segini banyak? Sekitar
satu jam, aku tiba di rumah.
“Ma,
aku pulang. Ini belanjaannya. Kok rumah sepi ya? Ini lampu kenapa dimatiin dan
semua tirai ditutup? Mencurigakan.”
Tiba-tiba
lampu nyala dan terdengar teriakan,“Kejutan!”
“Happy
Birthday Julian...Happy Birthday Julian.. Happy Birthday… Happy
Birthday... Happy Birthday to you... Tiup lilinnya tiup lilinnya
sekarang juga sekarang juga.”
“Sebelum
tiup lilinnya make a wish dulu,” ucap Jovita.
Aku
menutup mataku dan make a wish. Setelah itu aku meniup lilinnya.
“Makasih
semuanya,” ucapku.
“Wish-nya
apa nih kira-kira? Semuanya pada penasaran nggak?” tanya papa menggoda.
“Iya
nih, penasaran,” tambah mama.
“Kayaknya
sih wish-nya semoga cepat jadian sama Jovita,” goda Anes.
“Amin,”
ucap Kevin.
“Rahasia
dong, Pa!” jawabku.
“Ya
udah sekarang waktunya, makan-makan!” teriak Kevin.
//
Julian's point of view (POV) end.
Acara
kejutan ulang tahun Julian sukses. Hari itu, merupakan hari yang spesial bagi
Julian. Biasanya dia hanya merayakan ulang tahun dengan keluarga. Namun, kali ini
ulang tahun dia berbeda.
Bersambung... ©2023 WillsonEP
Keren dan seru ceritanya🔥
ReplyDeleteRahasia dong ðŸ¤ðŸ¤ðŸ¤ Semoga wishnya beneran segera jadian yaaa aminnn
ReplyDeleteHappy Birthday, Julian 🥳🥳🥳🥳
ReplyDeleteHapy brithday Julian 🥳🥳🥳
ReplyDeleteHbddd yaaa
ReplyDeleteHBD Julian 🥳
ReplyDelete