Hello, Jeremie (Chapter 4)
Senin pagi, Grace tengah bersiap
untuk pergi ke kampus. Hari ini adalah hari pertama ia memulai perkuliahan di
Universitas Garuda Kencana. Mata Kuliah pembuka yang akan dijalani Grace pagi ini,
yaitu mata kuliah pengenalan bisnis dan manajemen. Selesai bersiap, ia segera menghampiri
sang mama untuk sarapan bersama.
“Selamat pagi, Mamaku
tercinta,” sapa Grace dengan penuh kebahagiaan.
Sarah yang semula sedang
memindahkan nasi goreng ke piring, langsung menoleh ke arah Grace.
“Pagi, Sayang. Sudah siap ke
kampus nih.”
“Iya, dong. Bagaimana penampilan
Grace hari ini, Ma? Cocok nggak?”
“Cocok, Sayang. Kamu terlihat
cantik pakai baju ini. Oh, iya Jeremie jadi jemput kamu?”
“Jadi, Ma. Tadi dia ngabarin
lagi on the way ke sini.”
“Ya, sudah. Sekarang kamu
sarapan, nanti keburu Jeremie datang. Ini Mama sudah masak nasi goreng favorit
kamu.”
“Wah, mantap. Nasi goreng
buatan Mama selalu menjadi favorit Grace. Makasih, Ma.”
“Sama-sama.”
Grace mulai menyantap nasi
goreng buatan Sarah dengan lahap. 20 menit berlalu, terdengar suara kendaraan
dari arah depan.
“Ada suara motor, itu pasti
Kak Jeremie.”
“Bisa jadi. Ya, sudah sekarang
kita ke depan ya? Mama antar kamu depan. Mama pengen ketemu sama kakak tingkat
kamu yang namanya Jeremie. Boleh ‘kan?”
“Tentu, boleh dong. Mama
duluan ya? Grace mau ambil tas dulu, ketinggalan di kamar.”
“Ya, sudah. Jangan lama-lama
ya, Sayang. Nggak enak kalau Jeremie harus nunggu terlalu lama.”
“Siap, Grace hanya butuh dua
menit.”
Sarah beranjak keluar rumah
untuk menemui Jeremie. Sementara itu, Grace pergi ke kamarnya untuk mengambil tas.
“Selamat pagi, Tante.”
“Pagi, Nak. Mau jemput Grace
ya?”
“Iya, Tante. Perkenalkan saya
Jeremie, kakak tingkat Grace.”
“Salam kenal. Saya Sarah,
mamanya Grace.”
“Gracenya sudah siap, Tante?”
“Sudah kok. Grace hanya lagi
ambil tasnya yang ketinggalan di kamar. Nah, itu dia.”
“Pagi, Kak Jeremie.”
“Pagi, Grace. Sudah siap
berangkat?”
“Sudah, Kak. Mau berangkat
sekarang?”
“Boleh, ayo! Tante, kamÃ
langsung pamit berangkat ya?”
“Iya, Ma. Kami langsung pamit
ya? Takut macet soalnya.”
“Ya, sudah. Kalian berangkat
sekarang. Hati-hati di jalan. Tante titip Grace ya, Nak Jeremie.”
“Siap, Tante. Kami permisi.”
Jeremie menyerahkan helm
kepada Grace.
“Terima kasih, Kak.”
“Sama-sama. Kamu nggak
keberatan ‘kan hari ini saya pakai motor hari ini?”
“Nggak keberatan sama sekali.”
Setelah Grace mengenakan helm
dan naik motor, Jeremie langsung melajukan motornya menuju kampus. Mereka tiba
di kampus sekitar pukul 07.30. Suasana kampus sudah begitu ramai hingga tempat
parkir hampir penuh.
“Wah, ramai banget, Kak. Ini
memang seperti ini setiap harinya?”
“Nggak juga, Grace. Wajarlah
ini ‘kan hari pertama awal semester, kalau pertengahan semester nggak seramai
ini. Kamu pasti tahu alasannya.”
“Hmm… iya juga. Pasti
awal-awal masih rajin, pertengahan mulai males ya, Kak?”
“Ya, begitulah. Saya pamit
dulu ya, Grace. Sampai ketemu nanti.”
“Oke, Kak.”
Setelah berpisah dengan
Jeremie, Grace beranjak memasuki gedung. Ia segera menuju lift karena
lokasi kelasnya pagi ini berada di lantai delapan.
“Grace, Grace sini!” panggil
Lena dari kejauhan. Grace pun langsung menghampiri gadis itu.
“Selamat pagi, Len. Kelas pagi
juga?”
“Iya, kita sekelas nggak? Kamu
ada kelas apa?”
“Pengenalan bisnis dan
manajemen jam 8.”
“Yah, nggak sekelas. Gue
kelasnya besok jam 10. Sekarang gue kelas ekonomi mikro.”
“Oh, gitu. Lantai berapa?”
“Delapan.”
“Sama dong. Bareng yuk!”
“Boleh. Ayo!”
Grace dan Lena memasuki lift.
Hanya membutuhkan waktu lima menit, mereka berdua telah tiba di lantai yang
dituju. Grace dan Lena langsung berpisah, menuju kelas mereka yang berbeda
arah. Grace beranjak menuju ruang 8101.
“Grace, lo kelas pengenalan
bisnis dan manajemen juga?” tanya Ardan yang baru saja datang. “Kelasnya yang
ini?” lanjutnya.
“Iya, Dan. Ini kelasnya.”
“Syukurlah, akhirnya nemu
juga. Tadi gue cari-cari banyak banget kelas di lantai ini. Ada mungkin 20
menit gue keliling buat cari kelas ini. Oh, ya dosennya udah ada belum?”
“Belum, dosennya belum
datang,” ujar mahasiswi lainnya yang tiba-tiba keluar kelas.
“Oh, gitu. Makasih infonya, Des.
Oh, iya btw lo mau ke mana? Bukannya kelas sebentar lagi dimulai?”
“Toilet, Dan. Bentar
doang kok. Lagian dosennya belum ada juga.”
“Oh, gitu. Ya, udah sana ke toilet
dulu. Nanti ngompol!”
Mahasiswi tersebut beranjak meninggalkan
Grace dan Ardan berdua.
“Dia siapa, Dan?”
“Namanya Desi. Teman satu SMA
gue.”
“Oh, gitu. Ya, sudah ayo kita
masuk!”
Tepat pukul 08.00, sang dosen
memasuki ruang kelas. Kelas pengenalan bisnis dan manajemen pun dimulai.
“Grace, lo ada kelas lagi
nggak hari ini?”
“Ada, Dan. Gue ada kelas lagi
jam 13.00.”
“Wah, kelas apa?”
“Hmm… bentar gue lupa. Kalau
nggak salah sih, ekonomi mikro.”
Grace meraih ponselnya,
kemudian membuka UGK App untuk melihat jadwal.
“Iya, ekonomi mikro sama Pak
Darma Broto.”
“Sama dong. Lo mau pulang dulu
atau tunggu di kampus?”
“Hmm... kayaknya pulang nggak
deh. Tunggu di kampus saja. Kagok, Dan. Takutnya kalau pulang kejebak macet.”
“Iya, juga sih. Lo mau nunggu
di mana?”
“Hmm… rencananya sih mau
nunggu di perpus sambil ngerjain tugas yang dikasih Pak Yere tadi.”
“Ide yang bagus. Kerjain
bareng ya?”
“Boleh. Ayo, kita ke perpus!”
Grace dan Ardan beranjak
menuju ruang perpustakaan yang lokasinya berada di lantai tiga. Sambil
mengerjakan tugas, mereka pun berbincang-bincang ringan.
“Grace, gue mau tanya sesuatu
boleh?”
“Hmm… boleh tanya nomor
berapa?”
“Gue bukan mau nanya soal
tugas. Ini hal lain.”
“Boleh, apa yang mau lo
tanyakan?”
“Hmm… makanan kesukaan lo
apa?”
“Banyak sih, tapi yang paling
favorit nasi goreng. Kenapa gitu? Lo mau traktir gue?”
“Iya, gue berencana mau
traktir lo, tapi gue nggak tahu makanan favorit lo apa. Selain nasi goreng?”
“Hmm… bakso favorit gue nomor
dua.”
“Oke, habis beres ini kita
nge-bakso gimana? Gue traktir!”
“Boleh, kita selesain dulu ya
tugasnya.”
“Oke, deh.”
Grace dan Ardan telah selesai
mengerjakan tugasnya. Saat ini, mereka tengah berada di area kantin menunggu pesanan
bakso masing-masing sambil mengobrol.
“Rumah lo daerah mana, Grace?”
“Hmm… Pine Residence, Dan.
Kalau lo?”
“Coffee Garden Residence.”
“Oh, yang baru buka ya?”
“Iya, gue dan keluarga pindah
ke sana dua bulan lalu.”
“Wah, baru banget. Nyaman
tinggal di sana?”
“Nyaman banget. Lo kapan-kapan
bisa main ke rumah gue.”
“Oke, kapan-kapan ya?”
Beberapa saat kemudian,
pesanan bakso mereka diantar. Mereka pun mulai menyantapnya.
“Baksonya enak ya, Grace?”
“Iya, enak.”
“Lo mau nambah nggak?”
“Nggak perlu. Ini udah lebih
dari cukup.”
“Yakin?”
“Yakin, makasih tawarannya.”
“Ya sudah, gue bayar dulu. Lo
tunggu sini saja.”
“Oke.”
Ardan beranjak dari kursinya
menuju stand Bakso Pak Slamet untuk membayar. Tiba-tiba saja ponsel
Grace bergetar. Ternyata Grace mendapat pesan dari Sarah.
Mama
Grace, kamu sudah makan siang? Kalau belum,
jangan sampai nggak makan ya? Ingat, nanti mag kamu kambuh. 11:00
11:01 Iya,
Mamaku sayang. Ini Grace baru saja beres makan bakso.
Oh, gitu. Ya, sudah gimana tadi kuliahnya? Lancar-lancar
saja ‘kan?” 11:01
11:02
Lancar, Ma. Grace senang kuliah di sini. Teman-teman dan dosennya seru.
Syukurlah, belajarnya yang rajin ya? Mama mau
lanjut kerja lagi. Ada meeting. See you nanti sore. ❤️ 11:02
11:03 Siap.
Selamat kerja, Mamaku sayang. ❤️😘
Tak lama, Grace kembali
mendapatkan pesan baru. Kali ini pesan tersebut dari kakak tingkat yang ia taksir.
Kak Jeremie
Grace, bisa kita ketemu? Kamu
sudah beres kelas ‘kan? Sebentar saja. Saya tunggu kamu di taman kampus. 11:05
“Kak Jeremie ngajak ketemuan?
Ada apa ya?”
To be continued... ©2023 WillsonEP
Lanjut, Kak. Ditunggu.
ReplyDeleteHalo, untuk kelanjutan "Hello, Jeremie" dapat kamu baca melalui Wattpad atau KaryaKarsa.
DeleteLanjutannya mana ya?
ReplyDeleteLanjutannya di Wattpad dan KaryaKarsa. GRATIS!
DeleteNext-nya mana ya?
ReplyDeleteLanjutannya di Wattpad dan KaryaKarsa. GRATIS!
Delete