Little Parents 2 (Chapter 4)
Chapter 4 | Jadi Orang Tua Itu Susah
Lima bulan kemudian. Bima dan
Aline semakin direpotkan oleh Sakti yang sudah menginjak usia enam bulan. Sakti
sudah bisa berguling, memindahkan benda-benda di sekitar, mulai banyak berceloteh,
dan masih banyak hal lainnya.
“Pa-pa,” panggil Sakti yang baru
saja melihat sosok Bima yang baru saja pulang kerja.
“Iya, Sakti. Papa pulang.”
“Gimana kerjaan hari ini, Bim? Semua
lancar ‘kan?”
“Puji Tuhan, semuanya lancar. Besok
sudah mulai libur akhir tahun. Aku bisa di rumah bantu kamu jaga Sakti.”
Sakti tersenyum merespon
perkataan Bima. Setiap namanya disebut, Sakti pasti menoleh dengan gembira.
“Anak Papa sudah makin gede nih.
Kapan kamu bisa jalan, Nak?”
“Pa-pa,” jawab Sakti.
“Nanti ya, Pa. Nggak lama lagi.
Sekarang kamu mandi dulu, Bim.”
“Oke, Lin. Sakti lebih baik kamu
taruh di box bayi dulu. Dia semakin berat ‘kan. Aku takut kamu
kecapean.”
“Iya, iya. Ini bentar lagi juga
aku mau siapin makan malam buat kamu. Kamu mau makan malam apa?”
“Apa aja aku suka. Apa sih
masakan kamu yang nggak aku suka.”
“Gombal. Sudah ah, nanti Sakti
jadi ikut gombal nantinya.”
“Ya, nggak apa dong. Aku ke
kamar dulu ya?”
“Oke, aku tunggu di ruang
makan.”
Tadinya Sakti hendak ditaruh
dalam box bayi, tetapi karena ia menolak dan menangis saat ditinggal,
Aline akhirnya mengajak Sakti ke ruang makan. Sakti ditaruh di kursi makan
khusus anak yang dibeli beberapa waktu lalu.
“Sakti sayang kamu duduk manis
di sini ya? Mama mau masak buat makan malam.”
“Pa-pa,” respon Sakti.
“Papa lagi mandi, nanti ke sini
kok. Kita tunggu saja ya!”
Aline melanjutkan memasak makan
malam dibantu oleh Bi Tum. Tak lama, Bima datang menyusul.
“Halo, Sakti anak Papa. Gimana
kabar kamu hari ini?”
“Pa-pa, Pa-pa.”
“Iya, Sayang. Ini Papa. Papa
gendong ya?”
“Pa-pa.”
“Hmm… anak Papa sekarang makin
berat ya? Papa sampai keberatan gendong kamu.”
“Iya, dong. Itu artinya Sakti
gizinya terpenuhi, Pa,” respon Aline yang tiba-tiba menghampiri membawa
beberapa masakan yang telah selesai dibuatnya.
“Mama mana, Lin?”
“Hari ini Mama nggak pulang.
Tadi sore Mama pulang lebih awal untuk bersiap ke luar kota. Ada urusan bisnis
penting yang harus dia urus.”
“Oh, gitu. Pantas saja aku dari
tadi nggak lihat.”
Tiba-tiba saja Sakti menangis.
“Anak Mama kenapa nangis? Ada
apa, Sayang?”
“Sakti poop, Ma,” respon
Bima dengan senyuman.
“Kok kamu tahu?”
“Tentu, dong. Aku bisa tahu dari
ekspresinya Sakti.”
“Pa-pa!”
“Sekarang kita ganti dulu ya?”
“Kamu mau yang ganti? Kamu nggak
makan saja? Biar aku yang ganti.”
“Nggak usah. Sesekali aku saja
yang ganti. Kamu di sini saja.”
“Ya, sudah. Kalau butuh bantuan
panggil saja ya?”
“Oke.”
Sekitar 10 menit, Bima kembali membawa
Sakti ke ruang makan.
“Sudah selesai?”
“Sudah, sekarang kita makan ya?
Habis makan kita harus ke minimarket. Popok Sakti habis. Tadi stok terakhir.”
“Oh, iya. Aku lupa bilang sama
kamu.”
Mereka pun memulai makan malamnya,
diselingi Aline menyuapi Sakti bubur bayi. Selesai makan, Bima dan Aline
langsung berangkat menuju minimarket. Sementara itu, Sakti dititipkan pada Bi
Tum.
“Popok sudah di keranjang. Ada
lagi yang mau dibeli, Lin? Biar sekalian.”
“Hmm… apa ya? Oh, iya tisu basah
sama kayu putih juga habis.”
“Ya, sudah kamu ambil, aku
tunggu sini.”
“Oke, Bim.”
Aline beranjak untuk mengambil
tisu basah serta kayu putih.
“Baru gajian kemarin, eh udah
keluar uang saja. Ternyata susah juga ya jadi orang tua. Banyak banget
pengeluarannya.”
Beberapa saat kemudian. Aline
kembali membawa keranjang yang saat ini sudah terisi popok bayi empat bungkus,
dua bungkus tisu basah, tiga kotak susu formula.
“Maaf, nunggu agak lama. Baru
inget susu Sakti juga sudah mau habis.”
“It’s okay. Sekarang kita
langsung bayar saja. Kasihan Sakti pasti nungguin kita.”
To be continued... ©2023 WillsonEP
Gemass kali kalian 🤗 Sakti makin gede yaa... Ternyata jadi orang tua susah yah, banyak pengeluaran.
ReplyDeleteGemass kali kalian 🤗 Sakti makin gede yaa... Ternyata jadi orang tua susah yah, banyak pengeluaran.
ReplyDeleteAh, gemesin banget sih 😁 Semoga kalian langgeng ya.. Omongan Tante Karina nggak usah dipikirin. Kasihan Sakti, Bim kalau kalian pisah 😔
ReplyDeleteAkhirnya up lagii
ReplyDeleteYuhuuu
ReplyDeleteMantap up lagi.. Dari tadi nungguin
ReplyDeleteNext... next...
ReplyDeleteMantap, Wil. Seru ceritanya 🎉
ReplyDeleteTerima kasih :)
DeleteNext dongg
ReplyDeleteLanjutan mana?
ReplyDeleteLanjutan setiap satu jam ya, Kak. Informasi lebih lanjut bisa cek pengumuman di postingan sebelum-sebelumnya ya :)
DeleteDitunggu next-nya
ReplyDeleteGemas ❤️❤️
ReplyDeleteKeluarga bahagia nih ❤️❤️ Jangan sampai dirusak sama Mama ya, Lin.
ReplyDeleteLanjut, Kak. Seru banget..
ReplyDeleteNext thor
ReplyDeletelanjut thor
ReplyDeleteLanjutannya mana?
ReplyDeleteCeritanya seru abiss 🔥
ReplyDeleteGemes 🤗🤗 Sakti udh gede nih udh bisa ngomong Papa! Ditunggu lanjutannya... Jam 19.00 bisakah lebih cepat)
ReplyDeleteWah, rame banget nih... Pembaca pada melampiaskan emosi di sini. Di WP perasaan nggak serame ini komennya. Mungkin efek ada fitur anonim ya jadi pada berani mengeluarkan emosi.
ReplyDeleteDitunggu lanjutannya.
DeleteAww gemas banget keluarga kecil kalian ❤️ Makin sayang sama kalian. Mungkin awalnya berawal dari kesalahan, tapi liat perjuangan Bima bikin aku salut deh. Bima sayang banget sama Aline. Biasanya kalau cowok lain, sayangnya hanya dimulut saja. ❤️❤️
ReplyDeleteGemas banget ❤️❤️
ReplyDeleteBegitulah kehidupan, Bim. Jadi orang tua memang nggak mudah...
ReplyDeleteLima menit lagi.. chapter 5
ReplyDeleteSemenit lagi
ReplyDeleteWih, rame amat padahal baru ditinggal dua jam. Anonimnya emosi 😂😂 Di Wattpad nggak serame ini.
ReplyDelete