Little Parents 2 (Chapter 5)

Chapter 5 | Egois

Keesokan harinya. Pagi-pagi benar sekitar pukul 04.00 Bima bangun, kemudian ia langsung masuk ke kamar mandi. Aline yang menyadari sang suami telah bangun dan berada di kamar mandi pun bertanya-tanya. Mengapa Bima mandi sepagi ini? Apa dia mau pergi? 10 menit berlalu, Bima keluar menggunakan kaos berwarna biru dan celana jeans.

“Kamu mau pergi, Bim? Mau ke mana? Tumben pagi banget mandinya.”

“Hmm… iya, Lin. Aku mau naik gunung bareng Adrian, Edo, dan Reyhan. Boleh ‘kan aku pergi?”

“Kok dadakan banget? Katanya kamu mau bantu jaga Sakti.”

“Maaf, Adrian juga dadakan ngajaknya. Kemarin malam aku diajakin pas kamu sudah tidur. Boleh ya? Hanya semalam kok. Please …”

“Oke, semalam ya?”

“Iya.”

Setelah berpamitan dengan sang istri, Bima langsung pergi untuk menghampiri ketiga sahabatnya. Sementara itu, Aline kembali melanjutkan tidurnya hingga pukul 06.00.

“Non, Non Aline.”

“Ada apa, Bi?” jawab sang pemilik nama yang baru saja bangun.

“Den Sakti, Non.”

“Kenapa sama Sakti, Bi?”

“Badannya agak demam.”

Mendengar kondisi anaknya tidak baik-baik saja, Aline langsung beranjak dari tempat tidurnya dan segera menghampiri kamar Sakti bersama Bi Tum.

“Sayang, kamu kenapa? Bi Tum benar, Sakti agak demam. Sudah Bibi cek pakai termometer berapa suhunya?”

“Belum, Non.”

Aline mengambil termometer di dalam laci, kemudian dicepitkan benda tersebut pada ketiak Sakti. Tak lama, benda tersebut menunjukkan hasil 38,2°C.

“Gimana hasilnya, Non?”

“Hasilnya 38,2°C. Sakti memang agak demam. Bibi bisa tolong siapkan kompres air hangat?”

“Bisa, Non. Tunggu sebentar ya?”

Aline mulai mengompres Sakti dengan air hangat yang telah disiapkan Bi Tum. Ia berharap demam Sakti bisa segera turun setelah dikompres.

“Semoga panas kamu cepat turun ya, Sakti. Mama di sini tungguin kamu.”

“Ma-ma.”

“Kamu panggil Mama, Sayang? Akhirnya kamu bisa panggil Mama.”

“Ma-ma, pa-pa!”

“Iya, Mama di sini.”

“Pa-pa?”

“Papa lagi pergi. Besok pulang kok. Cepat sembuh ya? Jangan bikin Mama khawatir.”

Satu jam lamanya Aline mengompres Sakti. Aline pun mencoba mengecek suhu badan Sakti kembali.

“Puji Tuhan. Demam kamu sudah turun, Sayang. Mama lega jadinya. Sekarang kita makan ya?”

Aline menggendong Sakti menuju ruang makan.

“Gimana, Non?”

“Puji Tuhan, Bi. Demamnya Sakti sudah turun.”

Alhamdulilah. Oh, iya Den Bima pergi ke mana, Non? Tadi pagi Bibi lihat Den Bima pergi.”

“Pergi naik gunung sama teman-temannya.”

“Oh, gitu. Ya sudah, Non sama Sakti sekarang sarapan dulu. Ini sudah Bibi siapkan.”

“Makasih, Bi.”

Selama Bima pergi, Aline sama sekali tidak mendapatkan kabar dari sang suami. Tentu Aline dapat memakluminya karena ia tahu daerah yang dikunjungi oleh Bima dan teman-temannya itu daerah susah sinyal.

“Semoga kamu baik-baik saja ya, Bim.”

Keesokan harinya. Aline menjalankan aktivitas seperti biasanya, mengurus Bimasakti Arkanda Putra Alan dan mengurus pekerjaan rumah tangga lainnya seperti memasak, menyapu, mengepel, dan mencuci dibantu oleh Bi Tum.

“Nyonya kapan pulang, Non?”

“Hmm, Aline juga kurang tahu. Katanya urusan mama belum selesai di sana.”

“Oh, gitu. Kalau Den Bima?”

“Pulang hari ini. Katanya hanya semalam.”

“Ma-ma!” panggil Sakti dari tempat duduknya di ruang makan.

“Kenapa, Sayang?”

“Ma-mam.”

“Anak Mama mau makan? Sebentar ya? Mama lagi siapkan. Makin hari kamu makin pintar.”

“Ma-mam!” teriak Sakti dengan ceria.

“Sabar, sebentar lagi jadi.”

“Ma-mam.”

“Lucu banget sih anak Mama ini.”

Setelah jadi, Aline mulai menyuapi Sakti bubur ditambah beberapa kue khusus bayi enam bulan.

“Pesawat terbang datang…”

Sakti melahap suapan pertama dengan bahagia.

“Pintar anak Mama. Semoga kamu tumbuh menjadi anak yang baik dan membanggakan orang tua ya? Lagi makannya?”

Sakti langsung menganga menandakan makanannya telah habis dikunyah.

“Pesawat datang…”

—oOo—

Tak terasa, waktu telah menunjukkan pukul 18.00. Aline baru saja selesai mandi setelah menyiapkan makan malam. Aline meraih ponselnya dan mencoba menghubungi sang suami yang tak kunjung pulang hingga sekarang.

“Bima, kamu ke mana sih? Katanya semalam saja, kok belum pulang juga? Hmm… nomornya masih diluar jangkauan. Dasar egois! Apa mungkin diperpanjang ya? Menyebalkan! Sudah jadi orang tua masih aja mentingin diri sendiri!”

Dua hari kemudian. Bima pulang dan saat ini baru saja tiba di depan rumah.

“Bi, Bima pulang,” panggil Bima sambil menekan bel.

Tak lama, Bi Tum keluar membukakan pintu.

“Eh, Den Bima akhirnya pulang juga. Ke mana aja? Dari kemaren Non Aline nyariin Aden terus.”

“Biasa, Bi. Anak muda habis naik gunung. Alinenya sekarang ada di rumah?”

“Nggak ada, Den. Tadi pagi pergi keluar sama Den Sakti.”

“Ke mana, Bi?”

“Kayaknya sih jalan pagi, tapi sampai sekarang belum pulang.”

“Oh, gitu. Paling sebentar lagi pulang. Kalau gitu saya permisi ke dalam dulu, Bi. Mau bersih-bersih.”

“Silakan, Den. Bibi juga mau lanjut beresin rumah.”

“Oke, Bi.”

Selesai bersih-bersih, Bima keluar kamar mandi. Ia terkejut bukan main begitu melihat Aline berdiri tepat di depannya.

“Bagus, pulang juga kamu. Mana yang katanya hanya semalam? Dasar pembohong! Egois!”

“Aku minta maaf, Lin. Aku nggak bermaksud berbohong sama kamu.”

“Kalau bukan berbohong maksudnya apa? Ngomongnya semalam tapi akhirnya tiga malam kamu pergi! Dasar egois! Kamu itu sudah jadi orang tua, Bim. Sudah punya tanggung jawab bantu aku menjaga Sakti.”

“Aku paham. Aku mau jelasin…”

“Sudah ah, aku nggak butuh penjelasan. Aku mau pergi lagi sama Sakti.”

“Mau ke mana?”

“Bukan urusanmu! Kamu juga nggak peduli sama aku dan Sakti ‘kan?”

“Nggak begitu, Lin. Aku bisa jelasin… kamu denger dulu penjelasan aku.”

Aline beranjak pergi tanpa mendengarkan penjelasan sang suami.

“Kamu selalu begitu, Lin.  Kalau marah selalu saja nggak mau dengar penjelasan aku. Aku bisa jelasin semuanya kenapa aku memperpanjang hari di sana.”

Bima sadar ini merupakan kesalahannya yang tidak memberikan kabar kepada Aline. Ia sudah mencoba mengirim pesan kepada Aline, tetapi tidak terkirim karena susah sinyal ditambah lagi kuota internetnya habis. Sedangkan Adrian, Edo, dan Reyhan tidak membawa ponsel sama sekali. Tak lama, Bima menyusul keluar kamar untuk mengejar sang istri.

“Bibi lihat Aline?”

“Tadi sudah pulang, Den Bima. Hanya saja tadi pergi lagi sama Den Sakti naik mobil.”

“Pergi ke mana?”

“Kalau soal itu, Bibi juga kurang tahu.”

“Ya, sudah Bima coba susul deh. Bibi sendiri di rumah nggak apa-apa ‘kan?”

“Nggak apa, Den. Sudah biasa kok. Hati-hati di jalan ya?”

“Oke, Bi.”

To be continued... ©2023 WillsonEP

Comments

  1. Wah, wah, mana janjimu, Bim? Katanya mau bantu... malah pergi sama temen-temen bilangnya sehari eh malah tiga hari.. EGOIS

    ReplyDelete
  2. Si Bima kenapa ingkar janji? Jadi penasaran... Lin, dengerin dulu penjelasan suamimu dongg ... aku penasaran 🤣😂

    ReplyDelete
  3. Bima sebenarnya kamu kenapa ingkar?

    ReplyDelete
  4. BIMA INGKAR! ALINE EMOSI. Si Bima kenapa sih??! Coba jelaskan! Aline juga harusnya denger dulu penjelasan Bima.

    ReplyDelete
  5. PANAS... PANAS... ALINE DENGERIN DULU SI BIMA KENAPA BARU PULANG?

    ReplyDelete
  6. Sabar, Lin. Dengerin dulu penjelasan Bima

    ReplyDelete

Post a Comment

Trending This Week 🔥🔥

My Neighbor, My Lecturer (Chapter 8)

📣 Baca Duluan Bisakah Aku Bahagia