Little Parents 2 (Chapter 7)

Chapter 7 | Usaha Baru Bima

Dua bulan setelah kelulusan SMA, Bima memutuskan untuk memulai usaha baru. Bima keluar dari restoran tempat bekerjanya dan membuka sebuah warung bakso dengan nama “Bakso Abim”. Aline mendukung keputusan sang suami dan ikut membantu mengelola warung tersebut.

“Lin, makasih ya kamu sudah dukung keputusanku ini. Aku janji akan berusaha kerja keras untuk keluarga kecil kita.”

“Sama-sama. Aku percaya sama kamu, Bim. Bakso buatan kamu memang enak, pasti orang-orang bakal langganan ke sini.”

“Amin.”

Acara pembukaan warung tersebut dimulai. Pembukaan tersebut dihadiri oleh orang tua Bima, teman-teman alumni SMA, dan beberapa warga sekitar. Acara pembukaan hari pertama berjalan lancar. 100 porsi pertama laris tanpa sisa.

“Puji Tuhan, Bim. Semua baksonya habis. Ibu bangga deh sama kamu. Bakso buatan kamu memang enak banget. Semoga usahamu ini lancar ya, Nak.”

“Bapak juga doain semoga usaha kamu cepat berkembang.”

“Amin. Makasih doanya, Bu, Pak. Bima akan berusaha.

Tak lama, saat Bima, Aline, serta kedua orang tuanya sedang beres-beres tiba-tiba dua orang dengan wajah seram datang menghampiri.

“Wah, wah, warung baru nih. Bakso Abim!  Iuran keamanan mana?”

“Iya, mana uangnya? Cepat berikan!”

“Nggak ada. Saya sudah bayar iuran keamanan kok.”

“Yang ini beda. Semua warung di daerah sini harus setor juga ke kami. Cepat berikan uangnya! Mau saya obrak-abrik warung yang tidak seberapa ini?”

“Sudahlah, Bim. Kasih saja ya? Aku takut.”

“Oke, oke. Saya kasih. Berapa?”

“500 ribu.”

“500 ribu? Kalian mau memeras saya? Jangan harap saya kasih.”

“Wah, nyali lo berani juga. Lo nggak tahu berhadapan sama siapa?”

“Sudahlah, Bim. Kasih saja. Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa.”

“Iya, Bim. Lebih baik kasih saja,” tambah Destiana.

“Nggak, Lin, Bu. Ini namanya pemerasan. Harus dilawan, nggak boleh dibiarkan. Pak, kita lawan?”

“Betul, Bapak setuju. Ayo, Bim! Kita kasih mereka pelajaran.”

Bima dan Afan mulai melawan kedua orang tersebut. Tak butuh waktu lama, Bima dan Afan berhasil mengalahkannya.

“Sekarang kalian cabut dan jangan ganggu warung ini lagi! Kalau nggak, saya akan laporkan kalian ke polisi karena sudah mengganggu ketertiban umum!”

“Bim, kamu baik-baik saja? Bapak gimana?”

“Tenang, aku dan Bapak baik-baik saja. Iya ‘kan, Pak?”

“Iya, Lin. Kamu nggak usah khawatir, Bima ini jago berantem. Waktu kecil dulu, sering berantem sama anak tetangga. Menang terus.”

“Oh, ya? Kok Aline nggak pernah tahu? Bim, kamu kok nggak pernah cerita?”

“Nggak, Lin. Bapak hanya bercanda. Aku nggak suka berantem kok. Hanya bisa bela diri saja. Dulu diajarin sama Bapak.”

“Iya, Nak Aline. Nak Aline nggak perlu khawatir.”

“Oh, gitu.”

—oOo—

Beberapa hari kemudian. Saat ini, Bima, Aline, dan Karina sedang menikmati makan malam di ruang makan.

“Gimana warung bakso kamu? Laku?” tanya Karina sinis.

“Puji Tuhan, Ma. Lumayan laris padahal baru beberapa hari buka.”

“Oh, ingat ya perjanjian kita. Kalau kamu tidak sanggup, kamu harus tinggalkan Aline.”

“Ma, jangan ngomong gitu dong. Aline yakin Bima bisa memenuhi syarat yang Mama ajukan.”

“Ya, kita lihat saja suamimu ini. Apakah usahanya bisa bertahan? Kalau Mama sih nggak terlalu yakin.”

“Cukup, Ma…”

“Nggak apa, Lin. Aku akan buktikan bahwa aku bisa.”

“Sudahlah, lanjutkan makan malamnya. Suamimu saja tidak protes. Kamu terlalu dibutakan oleh cinta sama lelaki ini.”

To be continued... ©2023 WillsonEP

Comments

  1. Jahatt banget si Karina 🤬🤬😤😤SEBEL DEH

    ReplyDelete
  2. Semoga sukses ya bisnis barunya

    ReplyDelete
  3. Kasian Bima 😭 selalu disudutin.

    ReplyDelete

Post a Comment

Trending This Week 🔥🔥

My Neighbor, My Lecturer (Chapter 8)

📣 Baca Duluan Bisakah Aku Bahagia