Bintang Megah (Chapter 3)
Chapter
3 🔎 :
Kejanggalan
Keesokan
harinya. Seperti kemarin, Julian bangun lebih awal daripada yang lainnya yang
masih terlelap. 20 menit berlalu, Julian keluar dari kamar mandi dalam kondisi
sudah berpakaian seragam.
“James,
Jason, bangun!”
Tak
lama, James membuka kedua matanya.
“Eh,
Julian. Lo sudah beres mandi.”
“Iya,
baru saja.”
“Sekarang
jam berapa memangnya?”
“Jam
04.50.”
“Oh,
gue mandi sekarang deh. Jason sudah bangun?”
“Bisa
lihat sendiri, kebo banget.”
“Hmm…
biar gue yang bangunin.”
“Jas,
bangun lo! Nanti kesiangan loh!”
“Kok
aneh ya? Dia sama sekali nggak bangun.”
“Apa
dia sakit?”
“Biar
gue cek. Dia agak demam.”
“Demam?
Apa yang harus kita lakukan? Kita beritahu guru-guru di sini?”
“Hmm…
Sepertinya nggak perlu, kita kompres dulu saja. Jul, tolong ambilkan handuk
kecil di lemari.”
“Oke.”
James mengambil
baskom dan handuk yang diberikan Julian, kemudian dikompresnya Jason
menggunakan air hangat.
“Semoga
lo cepat sembuh ya, Jas. Jul, lo tolong jagain Jason dulu ya? Gue mau mandi
dulu.”
“Oke,
James. Masalah Jason biar gue yang bantu kompres.”
“Thanks,
Jul.”
James
beranjak ke kamar mandi. Sementara itu Julian, duduk di tepi ranjang membantu
Jason mengganti kompresnya.
“Jul,
apa yang terjadi?”
“Lo
demam, Jas. Lo kenapa bisa demam gini? Lo habis ngapain aja kemarin?”
“Entahlah,
gue sepertinya kecapean. Makasih lo sudah kompres gue.”
“Sama-sama.
Lo cepet sembuh ya? Lo nggak usah masuk kelas dulu untuk hari ini. Nanti gue
bilang ke guru-guru, lo sakit.”
“Amin.
Gue lanjut merem ya? Badan gue lemes banget.”
“Iya.
Lo istirahat saja.”
10
menit berlalu, James keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya
menggunakan handuk.
“Gimana
kondisi Jason, Jul? Apa dia sudah bangun?”
“Tadi
dia sempat sadar, katanya badannya lemes banget. Apa perlu kita ke klinik
asrama? Demamnya belum turun juga.”
“Ide
yang bagus, Jul. Lebih baik Jason di sana daripada kita tinggal sendirian di
sini.”
-oOo-
Hari
kedua tahun ajaran baru, beberapa murid tidak masuk kelas tanpa kabar. Ada
empat orang yang tidak masuk di kelas X-1, Jason, Indah, Ranum, dan Lestari. Di
kelas lain pun sama demikian. Apa yang terjadi sebenarnya? Saat istirahat
berlangsung, Julian dan James memutuskan untuk menjenguk Jason di klinik
asrama.
“Bagaimana
kondisi lo sekarang?”
“Sudah
jauh lebih baik, James. Makasih kalian sudah mau jenguk gue.”
“It’s
okay. Apa lo sudah hubungi ortu lo?”
“Sudah.
Gue malah diomelin katanya kenapa bisa sakit? Apa makanan di sana tidak
berkualitas? Mereka sampai mau kirim makanan setiap hari ke sini.”
“Memangnya
kemaren lo makan apa saja?” tanya Julian penasaran.
“Gue
sarapan bareng kalian, istirahat gue nggak makan apa-apa, pulang gue beli es
teh di kantin.”
“Itu
saja?”
“Iya, itu
saja.”
“Hmm…
kayaknya lo kurang makan! Istirahat makan dong! Jangan cuci mata terus.”
“Iya, iya, lain kali gue makan. Kalian nggak ke kantin?”
“Ini
mau. Gue sama Julian permisi dulu ya? Lo cepat sembuh.”
“Iya,
ini gue juga mau balik ke kamar.”
“Sekarang?
Memangnya sudah diizinkan?”
“Sudah,
jadi kalian sekolah dengan tenang ya. Gue baik-baik saja.”
“Oke. Bye,
Jas.”
“Bye,
James, Jul.”
Julian
dan James beranjak pergi meninggalkan ruangan.
“Gue
lupa bilang ke mereka, M-Points ternyata bisa ditukar es teh spesial
yang rasanya enak banget. Apa gue tukar lagi ya? Poinku sekarang berapa ya?”
Jason
meraih ponselnya, membuka aplikasi BM Mobile. Ternyata poinnya kini sudah
mencapai 20. Tentu, Jason senang sekali poinnya sudah semakin banyak.
Dilihatnya riwayat poinnya, ternyata kemarin ia mendapatkan poin bonus sebesar
10 poin.
“Lumayan
juga dapat 10 poin. Memangnya aku melakukan apa? Apa mungkin cashback dari
penukaran es teh spesial? Ah, nggak usah dipikirkan, yang terpenting poinku
sudah lumayan. Sekarang aku lapar, dari pagi aku belum makan. Apa aku ke kantin
saja ya? Eh, nanti saja deh sekarang ‘kan jam istirahat pasti kantin banyak
orang. Makannya tunda saja deh.”
Jason
beranjak keluar, berjalan menuju kamarnya. Di perjalanan, tak sengaja Jason
berpapasan dengan Mr. Bintang.
“Selamat
pagi, Mr. Bintang.”
“Pagi,
gimana kondisimu sekarang? Saya dengar kamu demam. Apakah benar?”
“Puji
Tuhan. Kondisi saya sudah membaik, Mr. Terima kasih atas perhatian Mr.
pada saya.”
“Tentu
saya khawatir. Kamu ‘kan murid di sini, jadi tanggung jawab saya. Sekarang kamu
mau ke mana?”
“Saya
mau ke kamar, Pak.”
“Oh,
ke kamar. Sudah sarapan tadi pagi?”
Jason
menggeleng malu.
“Belum,
Pak. Tadi pagi lemes banget. Saya sebenarnya mau ke kantin, tapi sekarang ‘kan
jam istirahat pasti kantin banyak orang. Saya jadi nggak enak kalau gabung di
sana.”
“Kamu
lupa akan peraturan, Jason? Siswa-siswi yang tidak masuk kelas, tidak boleh
memasuki gedung sekolah. Kamu harus tetap di sini. Kalau kamu mau makan, kamu
bisa makan di kantin asrama.”
“Oh,
iya, Mr. Saya lupa. Maafkan saya ya, Mr. Namanya murid baru suka
lupa.”
“Saya
maafkan. Peraturannya lebih sering dibaca lagi biar ingat.”
“Saya
boleh tanya sesuatu, Mr.?”
“Apa
yang mau kamu tanyakan?”
“Sebenarnya
fungsi M-Points apa?”
“Tentu
ada fungsinya, nanti saya akan jelaskan lebih lanjut. Saya permisi ya? Saya sekarang
mau ke asrama perempuan. Katanya di sana ada yang sakit juga.”
“Siapa,
Mr. ?”
“Teman
sekelas kamu. Sudah ya, saya buru-buru.”
“Boleh
saya ikut?”
“Tentu
tidak, baca peraturan makanya.”
Mr.
Bintang buru-buru pergi meninggalkan Jason sendirian.
“It’s
okay, Mr. Sebenarnya siapa yang sakit? Apa Jessica? Aluna? Atau
Nania? Ah, bukan urusan gue juga. Lebih baik gue ke kantin asrama. Perut gue
sabar ya. Kita cari kantinnya dulu. Di sebelah mana ya?”
Jason
mulai menyusuri lorong asrama, mencari keberadaan kantin di asrama tersebut.
Sekitar 10 menit, Jason berhasil menemukan lokasinya.
“Hmm…
Bu saya pesan nasi sama sayur bayam ya.”
“Siap,
Nak. Kenapa nggak sekolah, Nak? Bolos atau sakit nih?”
“Sakit,
Bu. Memangnya ada tampang saya suka bolos.”
“Oh,
gitu. Maaf ya, Nak. Soalnya yang bolos juga ada banyak di sini. Biasanya kalau
nggak di kamar, ya nongkrong di sini. Oh, iya kamu murid baru di sini ya? Kalau
nggak mendesak, lebih baik jangan bolos ya, Nak.”
“Memangnya
kenapa, Bu?”
“Sebenarnya
ini rahasia, tapi Ibu bocorkan ke kamu sedikit ya! Kalau bolos kamu akan
menyesal.”
“Menyesal
gimana, Bu?”
“Kalau
kamu bolos, selain dapat hukuman kamu juga rugi banyak loh.”
“Rugi gimana,
Bu?”
“Ya
iya, bayar mahal tapi nggak digunakan maksimal. Buang duit atuh!”
“Yah
elah, saya juga tahu, Bu. Ini bukan rahasia!”
“Bercanda…
Bercanda. Tegang ya?” kekeh Bu Kantin Asrama.
“Tegang
banget. Oh, iya namanya siapa, Bu?”
“Nama
Ibu? Biasanya saya dipanggil dengan sebutan Bu Kantin Asrama. Kalau nama asli,
Bu Indri Maemunah.”
“Oh,
gitu. Sudah lama di sini?”
“Sudah
ada lima tahun, Nak.”
“Oh,
udah lama juga ya?”
“Iya, ini
makanannya sudah siap. Selamat menikmati, semoga lekas sembuh.”
“Makasih,
Bu.”
Selesai
makan, Jason kembali ke kamar. Ia memutuskan untuk mandi agar badannya jauh
lebih segar. Saat ia melucuti pakaiannya, ia melihat hal yang tidak biasa pada
pakaian dalamnya. Ia menemukan cairan lengket pada pakaian dalamnya.
“Wah,
aku mimpi basah?”
-oOo-
Bel
pulang sekolah baru saja berbunyi. Setelah guru pelajaran terakhir meninggalkan
ruangan kelas, murid-murid X-1 mulai berhamburan keluar kelas. Julian dan James
langsung menuju kamar asrama untuk beristirahat.
“Akhirnya
kalian pulang juga. Sendirian di asrama nggak enak banget, James, Jul.”
“Kondisi
lo sekarang gimana?”
“Sudah
baik-baik saja. Kalian nggak perlu khawatir.”
“Syukurlah.
Oh, iya hari ini benar-benar janggal, Jas.”
“Memangnya
apa yang terjadi?”
“Banyak
murid nggak masuk.”
“Wah, mereka
kenapa? Sakit juga kayak gue?”
“Entahlah,
mungkin. Anehnya, kok bisa nggak masuknya barengan?”
“Mungkin
mereka janjian.”
“Ini
bukan bercandaan, Jas.”
“Kalau
dipikir-pikir aneh juga. Selain gue, tadi juga ada beberapa siswa di klinik
selain gue. Gejalanya sama demam dan badan lemes. Adalah enam orang termasuk
gue.”
“Apa
yang sebenarnya terjadi? Apa kalian keracunan makanan?”
“Hmm…
Mungkin, tapi nggak usah dipikirkan sekarang gue sudah baik-baik saja, Jul,
James. Sekarang kita makan siang saja gimana? Kita ke kantin asrama. Di sana
makanannya nggak kalah enak sama makanan kantin sekolah.”
“Lo
baru tau? Kudet banget sih. Makan malam kemarin juga kita di kantin asrama.
Kantin sekolah malam tutup.”
“Oh,
ya? Gue baru tau. Jadi makan malam di kantin asrama?”
“Iya, Jason.
Benar kata James,” ujar Julian meyakinkan.
“Ya,
maaf. Gue nggak tahu. Kemaren ‘kan gue ketiduran. Kenapa nggak kalian
bangunin?”
“Lo
tidurnya kayak kebo. Susah banget bangun.”
“James!
Lo jahat banget sih sama gue. Gue manusia, bukan kebo.”
“Memang
manusia. Sudahlah jangan kebanyakan drama. Jadi makan siang nggak?”
“Jadi,
di kantin asrama ‘kan? Gue nggak boleh masuk gedung sekolah soalnya.”
“Iya,
kantin asrama. Ayo!”
“Let’s
go !”
🤣🤣🤣
ReplyDeleteDitunggu next-nya
ReplyDelete