Bintang Megah (Chapter 4)

Chapter 4 🔎 : Berduka

Kamis pagi seluruh siswa-siswi SMA Bintang Megah dikagetkan dengan berita duka yang menyatakan telah ditemukan tiga siswi meninggal dunia di salah satu kamar asrama. Siswi tersebut berasal dari kelas X-1, yaitu Indah, Ranum, dan Lestari. Pihak sekolah pun memutuskan untuk meniadakan kegiatan belajar mengajar hari ini. Julian serta kedua teman sekamarnya sedang bersiap untuk melayat.

“Gue nggak nyangka mereka pergi secepat ini. Perasaan kemaren-kemaren mereka terlihat baik-baik saja,” ujar James sambil memakai kaos putih miliknya.

“Iya, gue juga kaget begitu dengar beritanya.”

“Namanya takdir siapa yang tahu. Kita hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk mereka.”

“Amin.”

“Pengumuman, pengumuman, seluruh murid X-1 harap berkumpul di parkiran barat. Sebentar lagi kita akan mengadakan ibadah penghiburan untuk ketiga teman kita, Indah, Ranum, dan Lestari di Bintang Megah Funeral Home.”

“Baru tahu ada rumah dukanya juga. Fasilitasnya lengkap banget ya. Kuburan ada juga nggak ya di sini?”

“Ada, Jas. Lo pasti kelewat bacanya. Memang sekolah ini bukan kaleng-kaleng.”

“Wah, ada juga? Lokasinya di mana?”

“Masih di area sekolah ini, tapi memang lokasinya dibedakan untuk alasan kenyamanan.”

“Bener juga. Kalau di samping sekolah sih, gue ogah banget sekolah di sini. Serem atuh.”

“Sudah, sudah, sekarang kita berangkat. Mrs. Adel pasti sudah menunggu di bus.”

“Iya, iya.”

-oOo-

Ibadah penghiburan pagi ini berjalan dengan khidmat. Setelah ibadah penghiburan selesai, beberapa murid dipersilakan meninggalkan rumah duka dan kembali ke asrama.

“Kalian mau balik atau tetap di sini?”

“Hmm… gue balik deh. Nanti malam gue ke sini lagi.”

“Kalau lo, Jul?”

“Sama.”

“Oke, ayo kita ke bus.”

Sebelum naik ke bus, Julian tidak sengaja mendengar Mr. Bintang sedang menelepon seseorang.

“Kenapa efeknya bisa seperti ini? Pokoknya kamu harus perbaiki lagi ramuan itu.”

“Baik, Mr. Bintang. Saya akan perbaiki kandungannya agar tidak berbahaya bagi yang mengonsumsinya.”

“Bagus, saya tunggu kabar baiknya.”

Julian bergegas memasuki bus begitu ia tahu Mr. Bintang telah selesai telepon.

“Sepertinya tadi ada yang memperhatikan saya? Ah, mungkin ini hanya perasaanku saja.”

Bus mulai bergerak kembali ke gedung asrama. Siswa-siswi turun secara teratur dan beranjak pergi ke kamar masing-masing.

“Jess, gue sama yang lainnya langsung ke kamar ya?” pamit James pada Jessica dan kedua teman sekamarnya.

“Oke, oke, sampai ketemu nanti malam ya! Bye, semuanya.”

Bye.”

Semua beranjak ke kamar masing-masing. Sepanjang perjalanan menuju kamar, Julian masih memikirkan kejadian tadi. Terlintas dalam pikirannya apa Mr. Bintang ada hubungannya dengan kematian tiga temannya, tapi apa yang beliau lakukan?

“Jul, Jul! Bengong aja! Lo baik-baik saja?” tanya Jason yang menyadari Julian berhenti mengikuti dirinya dan James. “Lo sedih sama kepergian ketiga teman kita?” lanjut Jason lagi.

“Ya, gue masih nggak nyangka aja mereka pergi secepat ini.”

“Hmm… yang lo omongin ada benernya. Mereka ‘kan masih muda, seumuran kita, kok cepet banget dipanggilnya? Untung kemaren gue nggak lewat ya? Kalau sampai, pasti kalian berdua akan merasa kehilangan banget.”

“Sayangnya lo kepedean. Jul, let’s go! Si Jason cuekin aja.”

James langsung merangkul Julian, mengajaknya untuk jalan lebih cepat meninggalkan Jason yang masih mengoceh tidak jelas.

“Woy, kenapa kalian ninggalin gue? Gue belum selesai bicara.”

-oOo-

Malamnya sekitar pukul 21.00, ibadah tutup peti telah selesai dilakukan. Rencananya besok pagi, ketiga jenazah siswi tersebut akan dimakamkan di Bintang Megah Cemetery yang lokasinya hanya 500 meter dari rumah duka. Selesai ibadah tutup peti, seluruh murid diminta ssgera masuk ke kamar masing-masing.

“James, gue mau cerita sesuatu sama lo boleh?”

“Lo mau cerita apa sama gue, Jul?”

“Sebenarnya tadi siang gue nggak sengaja lihat Mr. Bintang teleponan sama seseorang. Gelagatnya mencurigakan banget.”

“Mencurigakan bagaimana?”

“Sepertinya meninggalnya ketiga teman kita ada hubungannya sama beliau.”

“Kenapa lo menyimpulkan seperti itu? Memangnya apa yang lo dengar?”

“Beliau menanyakan tentang efeknya kenapa separah itu. Terus dia minta ramuannya diperbaiki. Mencurigakan banget ‘kan?”

“Ramuan? Memang mencurigakan, tapi kita nggak boleh beranggapan buruk dulu. Siapa tahu itu nggak ada hubungannya sama kematian ketiga teman kita. Sudahlah tidak usah terlalu dipikirkan. Kalau nggak benar, jatuhnya malah fitnah. Sekarang kita istirahat. Besok kita harus bangun pagi.”

“Iya, iya. Selamat istirahat.”

“Lo juga.”

To be continued... ©2023 WillsonEP

Comments

Post a Comment

Trending This Week 🔥🔥

📣 BESOK! Bisakah Aku Bahagia Eksklusif di KaryaKarsa

My Neighbor, My Lecturer (Chapter 8)