My Love Destiny (Chapter 2)
Chapter
2
Malam itu Novia dan
keluarganya datang ke rumah, meskipun agak telat karena mereka sempat terjebak
macetnya ibu kota. Tak kusangka, Novia yang mendatangi rumahku bersama Om Noah
dan Tante Lily adalah orang yang sama dengan perempuan yang aku temui di Skynia
Café, perwakilan dari Smart Productions. Dunia sempit sekali! Sejak
pertemuan pertama, aku lumayan tertarik dengannya. Dia cantik, baik, dan mandiri.
Nama lengkapnya Novia
Alexandra, usia 25 tahun, pekerjaannya sebagai produser Smart Productions
sekaligus pemilik rumah produksi tersebut. Hanya informasi itu yang aku tahu
karena semalam aku dan dia tidak mengobrol banyak karena para orang tua memilih
untuk langsung membicarakan persiapan pernikahan. Rencananya pernikahan kami
akan terselenggara bulan depan. Terlalu cepat bukan? Aku sempat tidak setuju
dengan rencana ini dan menyarankan agar pernikahannya diundur menjadi pertengahan
bulan Maret.
Setidaknya aku dan Novia bisa
saling mengenal satu sama lain sebelum akhirnya kita menikah. Sayangnya para
orang tua tetap pada pendiriannya. Acara pernikahan tersebut akan digelar pada
10 Januari mendatang. Katanya aku dan Novia tinggal terima beres. Semua urusan
persiapan pernikahan biar para orang tua yang urus.
Aku dan Novia hanya bisa
pasrah mengikuti segala persiapan yang ada disela-sela kesibukan kami. Saat
ini, aku sedang berada di CMTV dan baru saja selesai meeeting. Aku
kembali ke ruanganku untuk mengambil kunci mobil. Aku ada janji makan siang
bersama Novia. Segera kukirim pesan padanya mengabari bahwa aku sudah selesai
meeting dan hendak menjemput.
11:30
Saya baru selesai meeting. Jadi makan siang bareng?
11:30
Kamu masih di lokasi syuting?
“Tidak ada balasan. Apa dia sedang
sibuk ya? Langsung ke lokasi aja deh. Dia ‘kan sempat bilang hari ini seharian
di lokasi.”
Aku segera beranjak pergi
mengunakan mobil menuju lokasi syuting serial terbaru CMTV yang akan segera
tayang. Novia berada di lokasi untuk memantau seluruh proses syuting agar sesuai
dengan waktu yang direncanakan. Di perjalanan aku mendapati ponselku berbunyi.
Ternyata Novia telah membalas pesan WhatsApp-ku.
Sorry, baru
bales. 11:50
Jadi dong. Kita makan siang
bareng di lokasi ya? 11:50
Kamu udah sampe mana? 11:51
11:51
10 menitan lagi saya sampai. See you, Novia.
Ok. 11:51
Sekitar 10 menit, aku tiba di
lokasi. Aku turun dari mobil, menghampiri kumpulan kru yang sedang membawa
peralatan syuting.
“Selamat siang, Mas. Perkenalkan
saya Keenan dari CMTV. Saya sudah janjian sama Bu Novia. Bu Novia-nya ada di
mana ya?”
“Siang, Pak. Oh, Bu Novia-nya
ada di sebelah sana.”
“Iya, Pak. Kayaknya masih
ngawasin yang take bareng Pak Tony.”
“Boleh saya masuk?”
“Silakan, Pak, tapi pelan-pelan
masuknya ya. Takut ganggu proses syutingnya.”
“Saya paham itu. Terima kasih
ya.”
“Sama-sama, Pak Keenan.”
Aku beranjak masuk, berjalan
memasuki rumah yang menjadi lokasi syuting. Aku dapat mendengar suara riuh dari
dalam. Sepertinya adegan telah berhasil diambil dengan baik. Melihat diriku
datang, Novia langsung menghampiri.
“Hai, udah lama?”
“Hai, Nov. Nggak juga. Baru aja
sampai. Gimana proses syutingnya?”
“Semua berjalan dengan lancar.
Kita ngobrol di warung dekat sini ya?”
“Oke.”
Perempuan itu mengajakku pergi
dari lokasi hingga kami tiba di sebuah warung nasi yang sederhana.
“Nggak apa-apa ‘kan kita makan
di sini?”
“It’s okay, Nov.”
“Kamu mau makan sama apa? Pete
mau?”
“Saya nggak suka pete. Saya
telor dadar saja sama gule cincang.”
“Oh, gitu. Pete enak loh.
Nggak mau coba?”
“Nggak, terima kasih.”
Kalau dilihat-lihat sepertinya
Novia sedang berusaha membuatku ilfeel agar aku tidak jadi menikahinya.
Setelah memesan, kami langsung duduk di tempat yang tersedia.
“Apa kamu nggak berniat
menggagalkan pernikahan kita?”
Aku menggeleng.
“Nggak. Saya sudah memikirkan
ini baik-baik.”
“Apa alasan kamu mau menikahi
saya?”
“Saya nggak mau orang tua saya
kecewa.”
“Gimana kalau setelah menikah
nanti, kita gagal kemudian bercerai? Bukannya mereka akan lebih kecewa?”
“Itu gampang. Tinggal kita
nggak usah cerai. Beres masalah.”
“Kamu terlalu menggampangkan
hal ini! Saya nggak mau hidup dengan suami yang tidak saya cintai nantinya.
Kamu harus membatalkan pernikahan ini!”
“Sudahlah. Nggak usah dibahas.
Saya lapar dan butuh makan.”
Tak lama, ibu penjaga warung
datang membawa pesanan kami. Kami pun mulai menyantap pesanan masing-masing.
Sekitar 15 menit, kami saling diam. Novia memilih makan sambil melihat ke arah
lain. Lucu sekali tingkahnya!
Selain tidak ingin membuat
orang tua kecewa, alasanku tetap ingin menikahinya karena aku sudah jatuh cinta
pada Novia. Aku yakin Novia adalah takdir cintaku yang harus diperjuangkan.
“Saya sudah selesai makan. Saya
duluan ke lokasi,” ujar Novia sambil beranjak menghampiri ibu penjaga warung.
“Nggak usah diterima, Bu. Biar
saya yang bayar semuanya. Ini calon istri saya. Bantu doa ya agar semuanya
lancar sampai hari-H.”
“Oh, gitu. Saya bantu doain
deh.”
Aku menghampiri ibu penjaga
warung untuk melakukan pembayaran. Sementara itu, Novia sudah duluan pergi.
“Calon istrinya kenapa, Mas?”
“Entahlah, sepertinya mood-nya
lagi kurang bagus. Perempuan kenapa suka gitu sih, Bu? Ibu tau nggak?”
“Mungkin lagi PMS, Mas. Masnya
yang sabar ya. Ibu doain semoga pernikahan kalian berjalan dengan lancar.”
“Amin, Bu. Makasih doanya.
Saya permisi susul calon istri saya.”
“Sama-sama, Mas.”
Aku segera menyusul Novia,
berusaha menyamai langkahnya.
“Nov, tunggu saya dong.”
“Saya sibuk, Keenan. Kamu
lebih baik balik ke CMTV sekarang.”
“Gimana kalau saya temani?”
“Tidak perlu.”
“Ya, sudah selamat bekerja.
Kamu masuk sekarang.”
“Oke, bye !”
“Bye, Nov.”
Aku kembali ke mobil. Kuraih
ponselku untuk menghubungi Bryan untuk menanyakan apakah ada lagi yang harus
aku kerjakan di CMTV. Ya, aku bermaksud untuk menunggu Novia selesai syuting di
sini.
-oOo-
Tak terasa waktu telah
menunjukkan pukul 15.00. Aku sempat ketiduran selama beberapa jam. Kira-kira
Novia beres jam berapa ya? Seharusnya sih nggak sampai malam banget karena dia bukan
kru dan pemeran yang harus bekerja hingga larut malam. Kuraih ponselku untuk
menghubungi perempuan itu.
15:01
Nov, kamu beres jam berapa?
15:01
Saya jemput boleh?
Saya udah di rumah. Jadi kamu
nggak perlu jemput. 15:02
15:02
Kapan pulangnya? Kok saya nggak lihat?
15:02 Nggak lama setelah makan
siang.
15:03
Kenapa nggak bilang tadi? Saya ‘kan bisa antar kamu pulang.
Saya bawa mobil sendiri. Jadi
nggak perlu bantuan kamu. 15:03
15:04
Padahal saya nungguin kamu di lokasi loh. Ini saya masih di lokasi.
15:04 Photo.
‘Kan saya udah bilang nggak
perlu. Kamu ngapain di sana?🤣15:05
“Nov, Nov, kamu jahat banget.
Untung saya sayang sama kamu. Saya rela nungguin berjam-jam hanya untukmu. Eh,
kamunya malah pulang duluan.”
©2024 WillsonEP
Bagaimana chapter kali ini? Tulis di kolom komentar ya. Terima kasih.☺️
Next
ReplyDeleteSeru dan lucu ditunggu lanjutannya :v
ReplyDelete