My Love Destiny (Chapter 4)

Chapter 4

“Nggak ada apa-apa. Kita pulang sekarang ya?” jawab Novia sambil menggandeng tanganku. Aku menuruti keinginannya untuk segera pergi meninggalkan pria tadi. Sesampainya di mobil, Novia langsung menangis histeris.

“Kamu kenapa, Nov? Kamu punya masalah dengan lelaki tadi?” tanyaku pelan sambil memberikan kotak tisu padanya. Novia tidak langsung menjawab pertanyaanku, ia memilih untuk menatap ke depan.

“Bisa kita jalan sekarang, Keenan?”

“Tentu. Kita jalan sekarang ya.”

Aku mulai melajukan mobil dengan kecepatan pelan agar Novia tidak terganggu. Sepanjang perjalanan Novia hanya diam menatap jalanan ibu kota yang mulai padat. Tangisnya sudah cukup mereda dibandingkan tadi sewaktu di parkiran swalayan. Dua jam perjalanan, akhirnya kami tiba di rumah. Aku langsung memintanya untuk langsung masuk. Urusan belanjaan biar aku yang bawa.

Thanks, kamu sudah ngertiin aku.”

“Sama-sama, Nov. Kalau kamu butuh teman cerita, saya siap mendengarkan.”

Novia menggangguk pelan, kemudian beranjak masuk ke dalam rumah. Aku jadi penasaran apa yang sebenarnya terjadi dengan Novia? Siapa lelaki tadi? Semoga saja Novia bisa segera cerita kepadaku. Setelah menata belanjaan, kuhampiri Novia di kamar.

“Hai, Nov.”

“Hai juga. Semuanya sudah beres?”

“Udah, semuanya beres. Siapa dulu suaminya Novia Alexandra.”

Thanks ya.”

“Nggak perlu berterima kasih. Sudah jadi tugas saya sebagai suami untuk membantu istrinya. Oh, iya sudah mau cerita apa yang terjadi? Siapa lelaki itu?”

“Namanya Aiden, mantan pacarku yang kasar dan brengsek. Aku benci dia!”

“Hmm … kamu minum dulu ya,” pintaku sambil menyodorkan segelas air yang memang sudah aku siapkan untuknya. Novia langsung meneguknya hingga habis.

“Masih mau lanjut cerita? Kalau nggak, nggak usah kamu lanjut.”

“Aku masih mau cerita. Menurutku, kamu berhak tau soal ini.”

Okay, kalau kamu mau cerita. Pelan-pelan aja ceritanya.”

“Jadi Keenan itu dulu kakak kelasku sewaktu SMA. Umurnya sama kayak kamu, Keenan. Beda dua tahun dariku. Dia cukup terkenal di sekolah, dia pintar, kaya raya, dan wajahnya bisa dibilang lumayan tampan. Maaf, kalau cerita aku ini bikin kamu nggak nyaman, tapi itu memang pandanganku dulu padanya.”

It’s okay. Lalu apa yang bikin kamu membencinya?”

“Ternyata semua itu hanya topeng. Aslinya dia brengsek! Suka main perempuan, merokok, minum-minum, dan yang paling aku nggak suka dia kasar, suka main tangan.”

“Kalau begitu ceritanya, keputusan yang kamu ambil benar. Orang seperti itu nggak pantas dapat cinta dari kamu. Kamu sudah punya saya. Saya janji nggak akan melakukan hal yang sama.”

“Aku perlu bukti, bukan hanya janji.”

“Saya akan buktikan semuanya. Bytheway, ini udah siang. Saya udah lapar. Kamu bisa siapkan makan siang?”

“Tentu. Kamu mau aku buatin apa?”

“Tunggu dulu, sepertinya ada yang beda. Kamu tadi tanya apa?”

“Kamu mau aku buatin apa?”

“Sekarang udah pake aku ternyata. Ada apa nih?”

“Ya, biar beda aja gitu. Kamu pakai saya, aku pakai aku. Kamu keberatan?”

“Nggak sama sekali. Kalau panggilannya bisa request nggak?”

“Panggilan gimana?”

“Misal, Mas Keenan atau mungkin Sayang gitu.”

“Nggak! Kalau panggilan tetap nama aja.”

“Oke, nggak masalah.”

“Jadi kamu mau aku buatin apa buat makan siang? Tadi belum jawab.”

“Hmm … nasi sama telor dadar deh.”

“Emangnya ada nasi?”

“Tadi saya  udah buat. Mungkin sebentar lagi jadi.”

“Oke, telor dadar akan segera dibuat!”

Novia beranjak keluar kamar. Aku senang bisa melihatnya kembali bersemangat. Aku akan berusaha bikin kamu bahagia selalu ya, Nov. Aku segera menyusul Novia ke dapur, menemaninya memasak telor dadar.

“Apa kamu perlu bantuan, Nov?”

“Nggak perlu. Aku bisa sendiri. Kamu duduk manis aja di ruang makan.”

“Kamu yakin?”

“Yakin. Tunggu aja di ruang makan.”

“Oke, aku tunggu. Masaknya pakai cinta ya?”

Novia tersenyum.

“Maaf, cintanya belum ada. Paling pakai garam atau kecap. Mau?”

“Ya udah, telor pakai kecap aja.”

“Siap, laksanakan!”

Aku tersenyum kecil melihat tingkah Novia yang lebih manis dan santai dibandingkan kemarin terlihat tegang dan cuek. Apa ini pertanda bahwa Novia mulai menerima pernikahan ini? Aku harap begitu. Aku memutuskan untuk menunggu gadis itu di ruang makan. Tak lama, Novia datang membawa dua piring nasi dan telur dadar.

“Kamu juga pakai kecap?”

“Iya, lebih enak pake kecap daripada garam.”

“Sama dong. Jangan-jangan emang kita beneran jodoh.”

“Ini hanya kebetulan, Keenan.”

“Iya, deh. Ini hanya sebuah kebetulan.”

Kami pun memulai makan siang bersama. Selesai makan siang dan mencuci piring, Novia langsung kembali ke kamar. Sementara aku memutuskan untuk menonton TV di ruang tengah. Sekitar pukul 14.00, ponselku tiba-tiba berdering. Ternyata Mama yang meneleponku.

“Halo, Keenan. Kamu di mana sekarang?”

“Halo, Ma. Keenan sama Novia ada di rumah. Ada apa?”

“Mama dan Papa berencana ke rumah kamu. Iya, Keenan. Papa kangen sama kamu.”

“Kalian langsung datang aja. Papa dan Mama kapan mau ke sini?”

“Nanti malam, sekalian kita makan malam bersama.”

“Oke, Mama dan Papa mau disiapin apa? Biar nanti Novia siapkan semuanya. Novia jago masak loh, Ma, Pa. Masakannya enak banget.”

“Kalian nggak usah repot-repot. Mama udah pesan makanan di restoran langganan kita. Nanti diantar ke rumah kalian. Kalian tinggal terima ya. Semuanya udah dibayar.”

“Oke, Ma. Beres. Udah dulu ya? Keenan lagi nonton nih.”

“Cie, cie, lagi nonton bareng Novia ya? Sorry, kalau Mama ganggu.”

“Nggak, Ma. Novia lagi di kamar, istirahat. Keenan nonton sendiri.”

“Oh, gitu. Kirain kalian lagi nonton berdua. Titip salam buat Novia ya.”

“Nanti Keenan sampaikan. Bye, Ma.”

“Bye, Sayang.”

Aku kembali melanjutkan tontonanku yang belum selesai. Beberapa saat kemudian, Novia muncul dan langsung duduk di sampingku.

“Kamu sudah bangun rupanya. Gimana tidurnya? Nyenyak?”

“Nyenyak kok. Kamu lagi nonton apa?”

“Ini saya lagi nonton serial Mata Batin I Can See You.”

“Ceritanya tentang apa?”

“Lucas Levandra, seorang remaja yang memiliki kemampuan yang tidak dimiliki orang-orang biasa. Dia bisa melihat dan beriteraksi dengan alam gaib.”

“Kayaknya seru. Berapa episode? Udah tamat?”

“20 episode dan udah tamat.”

“Aku ikut nonton dong. Ini episode berapa?”

“Ini episode lima. Oh, iya tadi Mama telepon. Nanti malam mau datang.”

“Oh, iya? Mama siapa? Berarti aku harus masak lebih dong.”

“Mama Adel. Nggak perlu, Mama nggak mau ngerepotin kamu. Mama udah pesan makanan di restoran langganan.”

“Jadi aku nggak usah masak nih?”

“Nggak usah, Sayang. Sekarang kita fokus nonton aja ya?”

“Iya.”

-oOo-

Sekitar pukul 17.30, makanan pesanan Mama tiba di rumah kami. Aku dan Novia pun mulai menata makanan-makanan tersebut di atas meja makan. Jumlah yang dipesan cukup banyak.

“Ini nggak salah pesannya sebanyak ini?”

“Saya juga kurang tahu.”

“Untung aku udah bikin nasinya lebih dari yang tadi pagi kamu bikin.”

Beberapa saat kemudian, bel rumah kami berbunyi. Aku dan Novia langsung beranjak keluar untuk membukakan pintu.

Surprise !” ujar Papa Noah dan Mama Lily, mertuaku.

“Papa dan Mama kok di sini? Kenapa nggak bilang-bilang sama Novia?”

“Sengaja, biar surprise, Novia Sayang. Gimana kabar kamu sama Keenan? Baik-baik saja ‘kan?”

“Kami baik-baik saja, Pa, Ma. Ya, ‘kan Mas Keenan?”

“Iya, Pa, Ma. Kami sehat dan bahagia. Silakan masuk, Pa, Ma. Kita ngobrol di dalam.”

“Kami ke sini diundang makan malam sama Papa kamu, Keenan. Katanya sebagai perayaan pernikahan kalian.”

“Iya, masakannya sudah siap semua ‘kan? Atau masih butuh bantuan Mama?”

“Semuanya sudah siap, Ma. Tadi Novia dibantu sama Mas Keenan.”

“Baguslah kalau begitu. Oh, iya orang tua Keenan belum datang ya?”

“Belum, Ma. Paling sebentar lagi. Kita tunggu mereka di ruang tengah ya?”

Kami berempat beranjak menuju ruang tengah, menunggu kedatangan orang tuaku.

“Oh, iya sambil menunggu orang tua Keenan datang, Mama mau tanya sama kalian. Kalian jawab yang jujur ya?”

“Mama mau tanya apa?” responku dan Novia kompak.

“Gimana malam pertama kalian? Apakah kalian sudah membuat cucu untuk Mama dan Papa?”

To be continued … 
©2024 WillsonEP
Bagaimana chapter kali ini? Tulis di kolom komentar ya. Terima kasih.☺️

Comments

  1. Ditunggu next-nya

    ReplyDelete
  2. 😹 Hayo, harus jawab apa? Wong blm ngapa-ngapain kok.

    ReplyDelete
  3. Blm ada rasa cinta, Ma. 😌

    ReplyDelete
  4. Nice story, Will. Sukses terus.👍🏻

    ReplyDelete
  5. Suka banget!♥️♥️ Ditunggu lanjutannya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Stay tuned ya. Setiap Kamis pukul 18.00 WIB.🙌🏻

      Delete
  6. Lanjutannya mana? Kok nggak bisa diakses?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Update-nya setiap Kamis ya, Kak. Stay tuned.🙌🏻

      Delete

Post a Comment

Trending This Week 🔥🔥

📣 BESOK! Bisakah Aku Bahagia Eksklusif di KaryaKarsa

My Neighbor, My Lecturer (Chapter 8)